Mungkin sebagian dari Anda
pernah bertanya-tanya, mengapa shalat harus dikerjakan sebanyak lima kali dalam
sehari semalam dan kenapa sebaiknya dilakukan di awal waktu? Jawaban pertanyaan
itu sangat terkait dengan rahasia di balik waktu-waktu di mana kita diperintahkan
untuk mengerjakan shalat-shalat tersebut. Rahasia itu terungkap berdasarkan
beberapa penelitian dan pengamatan para pakar di bidangnya.
Setiap peralihan waktu shalat, sebenarnya bersamaan dengan terjadinya perubahan
energi alam yang dapat diukur dan dirasakan melalui perubahan warna alam.
Fenomena perubahan warna alam adalah sesuatu yang tidak asing bagi mereka yang
akrab dengan dunia fotografi.
Pada waktu subuh, alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersesuaian
dengan frekuensi tiroid (kelenjar gondok). Dalam fisiologi, tiroid memiliki
pengaruh terhadap sistem metabolisme tubuh manusia. Warna biru muda juga
memunyai rahasia tersendiri berkaitan dengan rezeki dan cara berkomunikasi.
Mereka yang masih tertidur pulas pada waktu subuh akan menghadapi masalah
rezeki dan komunikasi. Hal ini terjadi karena tiroid tidak dapat menyerap
tenaga biru muda di alam ketika ruh dan jasad masih tertidur. Pada saat adzan
subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkat optimum. Tenaga inilah
yang kemudian diserap oleh tubuh kita terutama pada waktu rukuk dan sujud.
Ketika memasuki waktu zhuhur, warna alam menguning dan berpengaruh terhadap perut
dan sistem pencernaan manusia secara keseluruhan. Warna ini juga memiliki
pengaruh terhadap hati. Di samping itu, warna kuning juga memunyai rahasia yang
berkaitan dengan keceriaan seseorang. Jadi, mereka yang selalu ketinggalan atau
melewatkan shalat zhuhur berulang-ulang kali akan menghadapi masalah dalam
sistem pencernaannya serta berkurang keceriaannya.
Saat ashar, warna alam berubah menjadi oranye. Hal ini memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap kondisi prostat, uterus, ovary, testis, dan sistem
reproduksi secara keseluruhan. Warna oranye di alam juga bisa memengaruhi
kreativitas seseorang. Orang yang kerap tertinggal waktu ashar akan menurun
daya kreativitasnya. Di samping itu, organ-organ reproduksi juga akan
kehilangan energi positif dari warna alam tersebut.
Menjelang maghrib, warna alam berubah menjadi merah. Pada waktu itu, kita kerap
mendengar nasihat orang-orang tua agar kita tidak berada di luar rumah. Nasihat
tersebut ada benarnya karena saat maghrib tiba, spektrum warna alam selaras
dengan frekuensi jin dan iblis. Pada waktu ini, jin dan iblis amat bertenaga
karena mereka beresonansi atau ikut bergetar dengan warna alam. Mereka yang
sedang berada dalam perjalanan sebainya berhenti sejenak dan mengerjakan shalat
maghrib. Hal itu lebih baik dan lebih aman karena pada waktu ini banyak
interferens atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi
sama atau hampir sama dan dapat menimbulkan fatamorgana yang dapat merusak
penglihatan kita.
Sedangkan ketika waktu isya’, alam berubah menjadi nila dan selanjutnya menjadi
gelap. Waktu isya’ menyimpan rahasia ketenteraman dan kedamaian yang
frekuensinya sesuai dengan sistem kontrol otak. Mereka yang kerap ketinggalan
waktu isya’ akan sering merasa gelisah. Ketika alam diselimuti kegelapan, kita
dianjurkan untuk mengistirahatkan jiwa dan raga. Dengan tidur waktu itu,
kondisi jiwa kita berada pada gelombang delta dengan frekuensi di bawah 4 Hz
dan seluruh sistem tubuh memasuki waktu istirahat.
Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan warna putih, merah
jambu, dan kemudian ungu. Perubahan warna ini selaras dengan frekuensi kelenjar
pineal (otak kecil), kelenjar pituitary (bawah otak), thalamus, dan
hypothalamus. Maka, kita sepatutnya bangun dari tidur pada waktu ini dan
mengerjakan shalat malam.
Demikian sebagian kecil dari penjelasan Prof. Riset. DR. Ir. H. Osly Rachman,
MS. dalam bukunya, “The Science of Shalat”. Ia menguraikannya secara luas
tentang lautan hikmah shalat menurut ilmu pengetahuan atau sains. Bahkan, lebih
jauh lagi ia mengupas shalat laksana sebagai suatu kesatuan utuh antara
kesehatan, ibadah, rezeki, psikologi, dan lain sebagainya. Tentu nilai manfaat
yang terkandung di dalam shalat ini jika diaplikasikan, tidak hanya akan
mengantarkan seseorang menuju ketakwaan, tapi juga bisa menggapai hidup yang
paripurna dan bahagia.
Sumber: The Science of Shalat... Buku terbitan Qultum Media
No comments:
Post a Comment
Tulis komentar Anda disini