TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Sunday 26 November 2017

KESOMBONGAN

kesalahan
lihatlah dia dengan bijak
dengan agama
jangan melihat dengan keangkuhan
lalu seenaknya menjudge seseorang

nasehat menasehati dalam kebaikan
itu lebih mulia
daripada saling menyalahkan
menyinggung
berkata tak sopan

ringan tangan seenaknya
mempublish aib orang lain
hanya karena kita memiliki bukti-bukti kesalahannya
merupakan sikap merasa diri paling benar
itu sifat kesombongan

hati-hati kawan
namanya kesombongan
meski hanya sebesar partikel adanya di hati
kita tidak akan bisa masuk surga
itu kata Nabi kita yang mulia

Kalteng, September2017
Writer: M. AL. FURQAN

Thursday 23 November 2017

belajarlah, jika benar kesungguhanmu adalah membahagiakannya

Saat sebuah batu tak dapat dihancurkan dengan kekerasan
Sebuah tetesan lembut air yg terus menerus jatuh lah yg bisa menghancurkannya
Belajarlah dari ini saat engkau menghadapi makhluk cantik bernama perempuan
Belajarlah dari ini jika benar kesungguhanmu adalah membahagiakannya
.ALF
November2017

Tuesday 21 November 2017

Ibu, malam-malamku terasa panjang di sini tanpamu

Ibu, wanita terhebatku, semoga sehat selalu di sana
Malam-malamku terasa panjang disini tanpamu

alf

Saudaraku, Jangan Kau Puji Dirimu

Sebenarnya Allah-lah yang telah menutupi aib-aib dan dosamu, sehingga manusia tidak tahu kekurangan yang sangat banyak pada dirimu…

Kalau bukan karena karunia Allah, niscaya aib-aib dan dosamu akan terbongkar, karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui setiap maksiat yang terang-terangan maupun yang tersembunyi…

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ، وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيْمٌ

“…Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorangpun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya…” (QS. An-Nuur [24]: 21)

Ketahuilah, dengan sebab amal yang sangat sedikit dan sederhana yang telah Allah tampakkan kepada orang lain, sehingga orang pun akhirnya menghargai dan menghormati serta memuliakan dirimu…

Ketahuilah, bahwa para ulama itu sangat layak untuk mendapatkan pujian, tetapi justru mereka merasa tidak pantas untuk dipuji dan dikagumi…

(1). Muhammad bin Waasi’ rahimahullah berkata :

“Seandainya dosa itu punya bau maka tidak seorang pun dari kalian yang sanggup mendekatiku” (Al-Waro’ no. 527)

(2). Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata :

“Jika ada yang mengetahui orang yang tidak ikhlas (orang yang riya’), maka lihatlah pada diriku” (Ta’thirul Anfas hal 299)

(3). Dawud ath-Tha’i rahimahullah berkata :

“Jika manusia mengetahui sebagian kejelekanku, tentu lisan manusia tidak akan pernah lagi menyebutkan kebaikanku” (Ta’thirul Anfas hal 301)

(4). Ibnul Mubarok rahimahullah berkata :

“Aku mencintai orang-orang shalih, meskipun aku tidak termasuk dari mereka. Dan aku membenci orang-orang thalih (pelaku dosa dan maksiat) meskipun sebenarnya aku lebih jelek dari mereka” (Hilyatul Auliyaa’ VIII/170)

(5). Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:

“Kami memang orang-orang yang memiliki banyak kekurangan, seandainya bukan karena Allah yang menutupinya, tentu telah terbongkar aib-aib kami” (Hilyatul Auliyaa’ IX/181)

Dari seseorang, ia berkata : “Aku melihat wajah Imam Ahmad sangat muram setelah dipuji seseorang (dengan ucapan) : “Semoga Allah membalas jasa-jasamu kepada Islam dengan balasan lebih baik“, maka beliau menjawab : “Justru semoga Allah membalas jasa Islam kepadaku dengan balasan yang lebih baik. Siapakah aku ? Apalah aku ?” (Siyar A’lamin Nubala XI/225)

(6). Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :

“Wahai sekalian manusia…
Sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian, padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu untuk mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andaikan seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya, niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan…” (Tafsir al-Qurthubi 1/410)

Subhanallah, alangkah mulianya akhlak para ulama…
Saudaraku, jika orang memujimu, maka berdoalah :

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangka, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka“

اللهم إن كنت شهرتني في الدنيا لتفضحني في الآخرة فاسلبه مني

“Ya Allah, jika Engkau menjadikan diriku terkenal di dunia ini untuk Engkau bongkar aibku di akhirat nanti, maka cabutlah ketenaran itu dariku“

☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕
Barakallah fikum.                                        
✒ Ditulis oleh Ustadz Najmi Umar Bakkar,  حفظه الله تعالى

***

GRAVITASINYA

Gambar hanya pemanis buatan 😀😀😀


Tak sengaja tuk kesekian kali

Mataku tertuju pada wajah manis itu

Terlihat jelas senyum penuh malu

Memancarkan isyarat keanggunan hati 


Aku tak tahu sekarang harus bagaimana

Aku pikir rasa telah terkontaminasi olehnya

Aku tak tahu sekarang harus berbuat apa

Aku rasa hati telah beresonansi karenanya


Aku disini

Sekarang aku resah sendiri

Ku rasa aku menyukainya

Sebab magnet cintanya 

Menarik hatiku

Ku rasa aku jatuh hati padanya

Sebab gravitasi cintanya

Menjatuhkan perasaanku

Padamu


Mady by M. Al. Furqan

21 November 2017


*knp pada akhir kata jadi "padamu" bkn "padanya"

aaah, ada penjelasannya. kalo butuh penjelasannya!

Silahkan tanya tanya 😀

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH