Teori Big Bang atau ledakan dahsyat adalah sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta.
Sebelumnya, jagat raya adalah sebuah energi panas yang sangat padat. Hingga suatu hari, energi panas yang padat tersebut mengembang dan meledak. Hasil dari ledakan itu kemudian memadat dan menjadi benda-benda langit seperti sekarang ini.
Teori Big Bang didasarkan pada penelitian bahwa jagat raya ini mengembang dan semakin meluas. Seluruh bintang dan planet bergerak saling menjauh seolah-olah seluruh benda langit itu berasal dari satu titik. Teori ini dibuktikan bahwa relativitas umum bisa dikombinasikan dengan adanya hasil pemantauan skala besar pada pergerakan galaksi satu sama lain. Berdasarkan teori Big Bang juga diprediksi bahwa suatu saat alam semesta akan kembali seperti semula.
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Alexandra Friedman pada 1922. Friedman adalah ahli fisika asal Rusia. Teori big bang, yang juga biasa disebut teori dentuman atau ledakan berarti ledakan dahsyat atau dentuman besar, sesuai dengan namanya The Big Bang.
Penemuan teori Big Bang ditemukan oleh Georges Lemaitre, astronom dan fisikawan Belgia, Georges Lemaitre pada 1927. Namun, proses penemuan teori Big Bang sebenarnya berawal dari penemuan-penemuan teori lainnya yang kemudian dikembangkan oleh Georges Lemaitre.
Teori tersebut kemudian dikonfirmasi oleh Edwin Hubble lewat pengamatan yang kini dikenal sebagai Hukum Hubble (hukum yang menyatakan bahwa semakin jauh jarak yang dimiliki galaksi, semakin besar kecepatan ia bergerak menjauh dari kita, sehingga ia memberitahu kita bahwa benda-benda besar di alam semesta kita terus-menerus menjauh satu sama lain menyebabkan ekspansi yang tidak berubah-ubah).
Pada tahun 1929, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar (Big Bang).
Teori Big Bang adalah terkaan penciptaan alam semesta yang paling diyakini para ilmuwan saat ini. Ledakan besar yang terjadi pada 13,7 miliar tahun lalu itu (berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009) dipercaya merupakan awal perjalanan seisi alam semesta.
Alam
semesta di dunia ini ternyata tidaklah statis tetapi mengembang. Mengembangnya
alam semesta telah lebih dulu diisyaratkan dalam Al Qur’an 14 abad silam jauh
sebelum berkembangnya iptek. Sebagaimana digambarkan dalam QS. Az-Zariyat Ayat 47 :
“Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an,
51 : 47).
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau mengembang”.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana dalam QS. Al-Anbiya' Ayat 30 :
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasa nya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Qur’an, 21 : 30).
Kata “ratq” yang di sini diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari “ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini. Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat “fatq”. Keduanya lalu terpisah (“fataqa”) satu sama lain.
Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq” ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain.
Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Al Qur’an Surat Al-Ghaasiyaah ayat 18 :
Dan Langit, Bagaimana Ia Ditinggikan? (Al Qur’an, 88 : 18).
Kata “ditinggikan” berarti dibuat menjadi lebih tinggi, jadi langit itu semakin tinggi. Bukankah ini berarti juga bahwa langit itu semakin luas?
1.400 tahun yang lalu Al Qur’an sudah menegaskan bahwa alam semesta ini mengembang atau meluas.
1.400 tahun kemudian ilmu pengetahuan membuktikannya.
*File Lama Zaman Mahasiswa
*http://sains-edy.upy.ac.id
No comments:
Post a Comment
Tulis komentar Anda disini