TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Thursday, 29 December 2022

FURQAN LAWERA MENU, SELAMAT MENIKMATI! 😀

Aku hanyalah orang yang sedikit. Sedikit Makan, Sedikit Tidur, Sedikit Bicara. ~furqan.alf~


Selengkapnya furqanlawera menu KLIK dibawah:

1. PELANGI DALAM HIDUP - Perjalanan Panjang LDR Dengan Yang Tercinta

2. About furqanlawera - Habis BANJIR terbitlah FURQANitu :)

3. Si Pengais Makna Dari Tumpukan Aksara 

4. Sebuah Definisi Yang Dipaksakan :) .ALF

5. Oeee Dohoo,,, gimana kabar Nunggi? 

6. PER JALAN AN - AKU JADI KORDES ?? (KKN STORY) 

7. PER JALAN AN - Aku Jadi Sekdes ??? (WORK STORY)

8. Deskripsi Diri PPPK sekalian Curhat 😀  

9. APENDISITIS (Jangan Kau Harap Aku Lagi)

10. KESEDIHAN DIBALIK PERGI 

11. SESAL

12. MUNGKIN SAJA ADINDA 

13. KUMPULAN PUISI BY FURQANLAWERA 

14. KUMPULAN QUOTE BY FURQANLAWERA

15. Kumpulan Tulisan by furqanlawera 

16. MENINGGALKAN JEJAK di tempat-tempat yang PERNAH DIKUNJUNGI

BUMI SEPERTIGA DARI UMUR LANGIT ???

Allah Swt. dalam Al-Quran sering menyebut Langit (jagad raya), kemudian disandingkan dengan Bumi sesudahnya, sepertinya Allah sedang menjelaskan kejadian penciptaankeduabenda tersebut

Urutan penyebutan kata tersebut menunjukkan urutan penciptaan alam semesta. Kenyataan langit memang tercipta lebih dahulu, baru kurang lebih Sembilan miliar tahun kemudian bumi tercipta, yang merupakan triliunan planet yang tersebar di langit.

 

Dalam ayat-ayat dibawah ini Allah AWT. Menjelaskan tahap atau masa penciptaan langit dan bumi.

 



Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enem masa, kemudian Dia berkuasa diatas arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS Al-Sajadah [32] :4)

 

 

Katakanlah :”sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat)  demikian itu adalah Rabb semesta alam. (QS Fushilat [41] : 9)

 

Dengan menghubungkan informasi di dalam dua ayat tersebut dan data sains tentang umur bumi, dapatkah kita menghasilkan sebuah analisis tentang umur bumi? Bila kita mengetahui umur bumi secara tepat, kita dapat mengetahui umur langit dengan perhitungan  matematika sederhana sebagai berikut.

 

Analogi :

Allah SWT menciptkan langit Dan bumi dalam enam masa (QS Al-Sajadah [32] :04), serta menciptakan bumi dalam dua masa (QS Fushilat [41] : 9). Berdasarkan umur meteorit tertua yang ditemukan di bumi, para ahli geologi menyatakan bahwa umur bumi adalah 4,56 x 10 9  tahun.

Perbandingan umur bumi dan langit adalah 2 : 6 = 1 : 3. Umur langit dapat kita cari dari perhitungan 4,56 x 10 9x 3 =13,68 x 109 tahun atau 4,56  x 109 : 2 = 2,28 x 109 tahun.

 

Terbukti :

Versi sains megatakan bahwa umur alam semesta sejak peristiwa big bang adalah 13,7 x 109 tahun.

 

Terdapat perbedaan sekitar 20 tahun antara perhitungan versi sains Al-Qur’an dan sains murni (Big Bang Theory). Namun. Perbedaan itu dapat ditolerir dalam perhitugan kosmologi.

 

Berdasarkan perhitungan sederhana di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa peristiwa Big Bang jelas terkait dengan kehadiran planet bumi yang tercipta kurang lebih Sembilan miliar tahun setelah ledakan dahsyat kosmik  tersebut.

 

Pertanyaannya, mengapa Allah tidak pernah menyandingkan penyebutan langit Dan matahari, langit Dan bulan, atau langit Dan galaksi? Demikian juga, mengapa didalam Al-Qur’an tidak ada surah yang bernama langit atau bumi? Padahal langit Dan bumi adalah benda kosmis yang dapat dikatakan paling penting.

 

Ternyata kata langit (as-sama’) Dan bumi (al-ardh) tersebar di dalam surah-surah yang dinamai dengan benda-benda kosmis lainnya, seperti surah as-syams (matahari), al-Qamar (bulan), an-Najm (bintang), Dan Al-buruj (galaksi).

 

Dari penjelasan diatas kita dapat memahami bahwa peristiwa Big Bang merupakan desain Allah untuk mendukung proses terbentuknya sebuah planet istimewa di antara triliunan planet lainnya dialam semesta, yaitu Planet Bumi. Artinya, semua yang ter-dapat di alam semesta tercipta hanya untuk menyambut kedatangan khalifatullah fil ardh, yaitu Adam a.s. sebagai nenek moyang makhluk Homo sapiens yang akan menjadi pemimpin di Planet Bumi. Pantaslah Allah Swt. selalu menyebut langit berdampingan dengan Bumi, mungkin karena penciptaan langit dipersiapkan untuk menghadirkan Planet Bumi. Pembuktian kebenaran akan hal tersebut telah dijabarkan dalam berbagai ayat dalam Al-Quran.

 

Kita semakin yakin bahwa Al-Quran yang berisi isyarat-isyarat ilmiah dan sesuai dengan penemuan sains modern benar-benar berasal dari Allah Yang Maha Tahu. Sebab, tidak mungkin Nabi Muhammad Saw. yang ummi dapat mengungkapkan informasi ilmiah secara tepat dan akurat. Wal-lahualam bissawab.

 

Jika kita telaah Planet Bumi secara lebih mendalam tentang bagaimana terciptanya, waktu pemunculannya, posisinya di dalam tata surya, dan keseimbangan semua unsur pendukung kehidupan di dalamnya, niscaya kita akan semakin yakin akan keberadaan Sang Pencipta Yang Maha Besar, Allah Swt.

 

*Sains Dalam Perspektif Al Qur'an

ANTARA AL QUR’AN & BIG BANG THEORY

Teori Big Bang atau ledakan dahsyat adalah sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta.

Sebelumnya, jagat raya adalah sebuah energi panas yang sangat padat. Hingga suatu hari, energi panas yang padat tersebut mengembang dan meledak. Hasil dari ledakan itu kemudian memadat dan menjadi benda-benda langit seperti sekarang ini.

 

Teori Big Bang didasarkan pada penelitian bahwa jagat raya ini mengembang dan semakin meluas. Seluruh bintang dan planet bergerak saling menjauh seolah-olah seluruh benda langit itu berasal dari satu titik. Teori ini dibuktikan bahwa relativitas umum bisa dikombinasikan dengan adanya hasil pemantauan skala besar pada pergerakan galaksi satu sama lain. Berdasarkan teori Big Bang juga diprediksi bahwa suatu saat alam semesta akan kembali seperti semula.

 

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Alexandra Friedman pada 1922. Friedman adalah ahli fisika asal Rusia. Teori big bang, yang juga biasa disebut teori dentuman atau ledakan berarti ledakan dahsyat atau dentuman besar, sesuai dengan namanya The Big Bang.

 

Penemuan teori Big Bang ditemukan oleh Georges Lemaitre, astronom dan fisikawan Belgia, Georges Lemaitre pada 1927. Namun, proses penemuan teori Big Bang sebenarnya berawal dari penemuan-penemuan teori lainnya yang kemudian dikembangkan oleh Georges Lemaitre.

 

Teori tersebut kemudian dikonfirmasi oleh Edwin Hubble lewat pengamatan yang kini dikenal sebagai Hukum Hubble (hukum yang menyatakan bahwa semakin jauh jarak yang dimiliki galaksi, semakin besar kecepatan ia bergerak menjauh dari kita, sehingga ia memberitahu kita bahwa benda-benda besar di alam semesta kita terus-menerus menjauh satu sama lain menyebabkan ekspansi yang tidak berubah-ubah).

 

Pada tahun 1929, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar (Big Bang).

 

Teori Big Bang adalah terkaan penciptaan alam semesta yang paling diyakini para ilmuwan saat ini. Ledakan besar yang terjadi pada 13,7 miliar tahun lalu itu (berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009) dipercaya merupakan awal perjalanan seisi alam semesta.

 

Alam semesta di dunia ini ternyata tidaklah statis tetapi mengembang. Mengembangnya alam semesta telah lebih dulu diisyaratkan dalam Al Qur’an 14 abad silam jauh sebelum berkembangnya iptek. Sebagaimana digambarkan dalam QS. Az-Zariyat Ayat 47 :



“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51 : 47).

Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau mengembang”.

Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana dalam QS. Al-Anbiya' Ayat 30 :

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasa nya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Qur’an, 21 : 30).

 

Kata “ratq” yang di sini diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari “ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini. Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat “fatq”. Keduanya lalu terpisah (“fataqa”) satu sama lain.

 

Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq” ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain.

 

Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

 

Al Qur’an Surat Al-Ghaasiyaah ayat 18 :



Dan Langit, Bagaimana Ia Ditinggikan? (Al Qur’an, 88 : 18).

 

Kata “ditinggikan” berarti dibuat menjadi lebih tinggi, jadi langit itu semakin tinggi. Bukankah ini berarti juga bahwa langit itu semakin luas?

 

 

1.400 tahun yang lalu Al Quran sudah menegaskan bahwa alam semesta ini mengembang atau meluas.

1.400 tahun kemudian ilmu pengetahuan membuktikannya.

 

*File Lama Zaman Mahasiswa

*http://sains-edy.upy.ac.id

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH