Berdasarkan aspek klinis dan pengelolaannya serta banyaknya kasus
yang ditemukan, maka terdapat berbagai jenis kesulitan belajar dan yang akan di
teliti saat ini adalah kesulitan membaca (disleksia).
A. Disfasia
Disfasia terjadi karena adanya gangguan pada proses
transisi dari observasi obyek, perasaan, pikiran, pengalaman atau ide terhadap
kata yang diucapkan. Disfasia dapat terjadi sejak dalam kandungan, dimana yang
lebih terganggu adalah bahasa ekspresif, sehingga anak lebih mengerti apa yang
dikatakan kepadanya dari pada yang akan diucapkannya. Gangguan bicara dapat
sekunder karena gangguan pendengaran, retardasi mental, gangguan psikiatri dan
lingkungan yang tidak menunjang.
Perkembangan bicara-bahasa bervariasi pada masing-masing
individu karena dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya genetik, jenis kelamin
(banyak pada anak laki-laki), kerusakan otak saat pranatal dan perinatal.
Penyimpangan biasanya pada otak bagian kiri tetapi ada beberapa pada otak kanan,
korpus kalosum atau lintasan pendengaran.
Disfasia merupakan kelainan penting yang sering menjadi
basis dari gangguan lain seperti disleksia, disgrafia, dan diskalkulia, juga
dapat muncul bersama dengan dispraksia dan Gangguan Pemusatan Pikiran (GPP).
B. Diskalkulia
Merupakan gangguan fungsi berhitung atau aritmatika,
sehingga kemampuan berhitung anak menjadi dibawah rata-rata usianya. Umumnya
diskalkulia spesifik apabila kuosien perkembangan untuk berhitung rendah, serta
IQ dan aspek dalam bidang lain lebih tinggi. Kemampuan dalam berhitung
dipengaruhi oleh genetik dan kerusakan otak sebelumnya. Untuk kecakapan
menghitung kedua hemisfer diperlukan, juga bahasa, perseptual, perhatian dan
daya ingat (memori).
Diskalkulia murni sering disebut diskalkulia sentral yang
meliputi gangguan pemahaman numerik dan pengertian tentang tata kerja/mekanisme
aritmatika sebagai faktor sentral gangguan fungsi berhitung. Diskalkulia tidak
murni atau diskalkulia marginal disebabkan disfungsi lain seperti perkembangan
berbahasa, perseptual, perhatian dan daya ingat (memori).
C. Dispraksia
Gangguan motorik yang penting pada DMO, karena dapat
menimbulkan kesulitan belajar dan tingkah laku. Anak kecil yang tidak dapat
belajar tentang gerakan kompleks dan tidak trampil secara optimal disebut
dispraksia, sebagai contoh gerakan dalam menyikat gigi, memakai baju, menulis,
bicara, main piano, dan berakting.
Dispraksia bisa timbul secara terpisah atau sebagai
bagian dari retardasi yang luas seperti tampak pada gangguan bahasa-bicara pada
anak kesulitan belajar di usia sekolah.
Dispraksia berpengaruh pada kehidupan sehari-hari
seperti bermain, olahraga, menulis, pekerjaan rumah tangga serta perkembangan
emosional anak. Pada dispraksia tidak boleh terdapat gangguan motorik elementer
seperti paresis, diskinesia, ataksia dan sensorik. Dispraksia dapat terjadi dan
berhubungan dengan anggota badan lain seperti korporal, postural atau manual
(tangan) juga dapat mengenai oral/mulut dan wajah.
D. Gangguan Pemusatan Perhatian (Attension Defisit Hiperaktif & Disorder)
Attension Defisit Hiperaktif & Disorder (ADHD)
merupakan gangguan perilaku yang ditandai gangguan pemusatan perhatian
(inattentiveness), prilaku impulsif dan dapat disertai aktivitas berlebihan
(overactivity/ hyperactivity) yang tidak sesuai dengan umurnya. Gangguan ini
juga disebut gangguan dalam pengolahan informasi.
ADHD ditemukan sekitar 4-12% pada anak sekolah. Anak
laki-laki lebih banyak yaitu 9,2% dan anak perempuan 2,9%. ADHD menyebabkan
gangguan jangka panjang dalam kemampuan akademik, perkembangan, sosial, emosi
dan pekerjaan di masyarakat sehingga memberi dampak pada penderita, keluarga
dan masyarakat.
Etiologinya heterogen dengan bermacam-macam
patogenesisnya, ada pendapat karena kelainan anatomi, aktivitas bahan kimia di
otak, penurunan aktivitas listrik diotak dan genetik. Manifestasi klinis tidak
selalu sama dapat berupa gangguan pemusatan perhatian, impulsiv dan
hiperaktifitas.
Diagnosis tergantung dari sudut mana penderita dinilai,
biasanya dengan pemeriksaan penunjang seperti EEG, PET, CT scan, dan
neurokimia. ADHD dapat dibagi menurut jenis, sebab, dan penampilan. Pada
pemberian terapi terdapat banyak perbedaan, tergantung gambaran klinisnya.
E. Gangguan Memori
Gangguan memori merupakan kelainan kognitif yang cukup
banyak ditemukan. Memori itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari proses belajar
karena berhubungan dengan proses pemeliharaan dan mengingat kembali informasi
atau pengalaman yang sudah direkam. Memori mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
kamus (menemukan kata) dan ensiklopedi (memberi arti pada kata). Karena itu
memori sangat penting pada semua proses termasuk membaca. Memori dapat dibagi
menjadi:
1. Memori segera. Daya pengingat kembali rangsang yang diterima
beberapa detik lalu dan perlu konsentrasi.
2. Memori baru. Rangsangan yang diterima memori baru dan disimpan untuk
waktu agak lama bisa beberapa menit, jam, hari. Ini berhubungan dengan
kemampuan belajar hal baru. Kesulitan belajar biasanya berhubungan dengan
memori baru.
3. Memori lama. Daya ingat kembali peristiwa yang sudah lama terjadi,
seperti masa kecil dan masa remaja. Biasanya dapat terganggu pada tahap yang
lebih berat.
Gangguan memori digolongkan menjadi:
1. Gangguan memori auditorik. Gangguan memori yang pemrosesannya
melalui indra pendengaran. Pada gangguan memori jangka pendek menyebabkan
berkurangnya pencetakan memori, dan pengungkapan kembali. Pada gangguan memori
jangka panjang ditandai kegagalan mengingat angka yang banyak. Umumnya anak
dengan gangguan memori jangka panjang masuk ke sekolah khusus.
2. Gangguan memori visual. Gangguan memori yang diproses melalui indra
penglihatan. Anak dengan gangguan ini akan mempunyai masalah kognitif lain
seperti membaca, visuospasial, dan pemusatan perhatian visual.
3. Gangguan memori auditorik dan visual. Merupakan gabungan dari kedua
gangguan diatas dan banyak ditemukan pada anak ADHD.
F. Disleksia
Pada disleksia atau kesulitan membaca merupakan kelainan
yang akan diteliti saat ini. Disleksia adalah kesulitan belajar membaca,
menulis dan mengeja tanpa gangguan sensorik perifer, intelegensia rendah,
lingkungan yang kurang menunjang, masalah emosional primer atau kurang
motivasi. Beberapa definisi disleksia yang relatif konvensional adalah
kesulitan belajar membaca.
Disleksia perkembangan merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup. Disleksia
dianggap suatu defek yang disebabkan karena gangguan dalam asosiasi daya ingat
(memori) dan pemrosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer. Untuk
dapat membaca secara automatis anak harus melalui pendidikan dan intelegensi
yang normal tanpa adanya gangguan sensoris.
Seperti kesulitan belajar lain yang disebabkan oleh DMO,
disleksia bisa timbul pada anak-anak yang amat cerdas atau kecerdasannya
dibawah rata-rata. Jadi tidak tergantung pada intelegensia tetapi banyak faktor
yang mempengaruhi dan sebagian besar faktor sudah ada sejak pra atau perinatal.
Beberapa faktor penyebab disleksia seperti genetik didahului disfasia, pengaruh
hormonal prenatal seperti testosteron, gangguan migrasi neuron, serta kerusakan
akibat hipoksi-iskemik saat perinatal di daerah parieto-temporo-oksipital.
Disleksia diklasifikasikan berdasarkan mekanisme serebral sebagai:
1. Disleksia dan gangguan visual. Ini disebabkan adanya gangguan fungsi
otak di bagian belakang yang dapat menimbulkan gangguan persepsi visual dan
memori visual, sehingga anak membaca atau menulis huruf yang bentuknya mirip
sering terbalik, disebut juga disleksia diseidetis /visual (Myklebust).
2. Disleksia dan gangguan bahasa. Sering dijumpai dan setengahnya
dilatar belakangi disfasia pada masa sekolah, ini disebut disleksia verbal atau
linguistik yang ditandai dengan kesukaran dalam diskriminasi atau persepsi
auditoris sehingga anak sulit dalam mengeja dan menemukan kata atau kalimat.
3. Disleksia dengan diskoneksi visual-auditoris. Terjadi akibat
gangguan dalam koneksi visual-auditif, sehingga membaca terganggu atau lambat.
Dalam hal ini bahasa verbal dan persepsi visualnya baik. Diduga terdapat disfungsi
pada girus angularis kiri atau amigdala yang disebut disleksia auditoris
(myklebust).
No comments:
Post a Comment
Tulis komentar Anda disini