TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Friday, 4 January 2013

JENIS-JENIS KESULITAN BELAJAR


Berdasarkan aspek klinis dan pengelolaannya serta banyaknya kasus yang ditemukan, maka terdapat berbagai jenis kesulitan belajar dan yang akan di teliti saat ini adalah kesulitan membaca (disleksia).

A.    Disfasia
Disfasia terjadi karena adanya gangguan pada proses transisi dari observasi obyek, perasaan, pikiran, pengalaman atau ide terhadap kata yang diucapkan. Disfasia dapat terjadi sejak dalam kandungan, dimana yang lebih terganggu adalah bahasa ekspresif, sehingga anak lebih mengerti apa yang dikatakan kepadanya dari pada yang akan diucapkannya. Gangguan bicara dapat sekunder karena gangguan pendengaran, retardasi mental, gangguan psikiatri dan lingkungan yang tidak menunjang.
Perkembangan bicara-bahasa bervariasi pada masing-masing individu karena dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya genetik, jenis kelamin (banyak pada anak laki-laki), kerusakan otak saat pranatal dan perinatal. Penyimpangan biasanya pada otak bagian kiri tetapi ada beberapa pada otak kanan, korpus kalosum atau lintasan pendengaran.
Disfasia merupakan kelainan penting yang sering menjadi basis dari gangguan lain seperti disleksia, disgrafia, dan diskalkulia, juga dapat muncul bersama dengan dispraksia dan Gangguan Pemusatan Pikiran (GPP).

B.     Diskalkulia
Merupakan gangguan fungsi berhitung atau aritmatika, sehingga kemampuan berhitung anak menjadi dibawah rata-rata usianya. Umumnya diskalkulia spesifik apabila kuosien perkembangan untuk berhitung rendah, serta IQ dan aspek dalam bidang lain lebih tinggi. Kemampuan dalam berhitung dipengaruhi oleh genetik dan kerusakan otak sebelumnya. Untuk kecakapan menghitung kedua hemisfer diperlukan, juga bahasa, perseptual, perhatian dan daya ingat (memori).
Diskalkulia murni sering disebut diskalkulia sentral yang meliputi gangguan pemahaman numerik dan pengertian tentang tata kerja/mekanisme aritmatika sebagai faktor sentral gangguan fungsi berhitung. Diskalkulia tidak murni atau diskalkulia marginal disebabkan disfungsi lain seperti perkembangan berbahasa, perseptual, perhatian dan daya ingat (memori).

C.    Dispraksia
Gangguan motorik yang penting pada DMO, karena dapat menimbulkan kesulitan belajar dan tingkah laku. Anak kecil yang tidak dapat belajar tentang gerakan kompleks dan tidak trampil secara optimal disebut dispraksia, sebagai contoh gerakan dalam menyikat gigi, memakai baju, menulis, bicara, main piano, dan berakting.
Dispraksia bisa timbul secara terpisah atau sebagai bagian dari retardasi yang luas seperti tampak pada gangguan bahasa-bicara pada anak kesulitan belajar di usia sekolah.
Dispraksia berpengaruh pada kehidupan sehari-hari seperti bermain, olahraga, menulis, pekerjaan rumah tangga serta perkembangan emosional anak. Pada dispraksia tidak boleh terdapat gangguan motorik elementer seperti paresis, diskinesia, ataksia dan sensorik. Dispraksia dapat terjadi dan berhubungan dengan anggota badan lain seperti korporal, postural atau manual (tangan) juga dapat mengenai oral/mulut dan wajah.

D.    Gangguan Pemusatan Perhatian (Attension Defisit Hiperaktif & Disorder)
Attension Defisit Hiperaktif & Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang ditandai gangguan pemusatan perhatian (inattentiveness), prilaku impulsif dan dapat disertai aktivitas berlebihan (overactivity/ hyperactivity) yang tidak sesuai dengan umurnya. Gangguan ini juga disebut gangguan dalam pengolahan informasi.
ADHD ditemukan sekitar 4-12% pada anak sekolah. Anak laki-laki lebih banyak yaitu 9,2% dan anak perempuan 2,9%. ADHD menyebabkan gangguan jangka panjang dalam kemampuan akademik, perkembangan, sosial, emosi dan pekerjaan di masyarakat sehingga memberi dampak pada penderita, keluarga dan masyarakat.
Etiologinya heterogen dengan bermacam-macam patogenesisnya, ada pendapat karena kelainan anatomi, aktivitas bahan kimia di otak, penurunan aktivitas listrik diotak dan genetik. Manifestasi klinis tidak selalu sama dapat berupa gangguan pemusatan perhatian, impulsiv dan hiperaktifitas.
Diagnosis tergantung dari sudut mana penderita dinilai, biasanya dengan pemeriksaan penunjang seperti EEG, PET, CT scan, dan neurokimia. ADHD dapat dibagi menurut jenis, sebab, dan penampilan. Pada pemberian terapi terdapat banyak perbedaan, tergantung gambaran klinisnya.

E.     Gangguan Memori
Gangguan memori merupakan kelainan kognitif yang cukup banyak ditemukan. Memori itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari proses belajar karena berhubungan dengan proses pemeliharaan dan mengingat kembali informasi atau pengalaman yang sudah direkam. Memori mempunyai dua fungsi yaitu sebagai kamus (menemukan kata) dan ensiklopedi (memberi arti pada kata). Karena itu memori sangat penting pada semua proses termasuk membaca. Memori dapat dibagi menjadi:
1.      Memori segera. Daya pengingat kembali rangsang yang diterima beberapa detik lalu dan perlu konsentrasi.
2.      Memori baru. Rangsangan yang diterima memori baru dan disimpan untuk waktu agak lama bisa beberapa menit, jam, hari. Ini berhubungan dengan kemampuan belajar hal baru. Kesulitan belajar biasanya berhubungan dengan memori baru.
3.      Memori lama. Daya ingat kembali peristiwa yang sudah lama terjadi, seperti masa kecil dan masa remaja. Biasanya dapat terganggu pada tahap yang lebih berat.
Gangguan memori digolongkan menjadi:
1.      Gangguan memori auditorik. Gangguan memori yang pemrosesannya melalui indra pendengaran. Pada gangguan memori jangka pendek menyebabkan berkurangnya pencetakan memori, dan pengungkapan kembali. Pada gangguan memori jangka panjang ditandai kegagalan mengingat angka yang banyak. Umumnya anak dengan gangguan memori jangka panjang masuk ke sekolah khusus.
2.      Gangguan memori visual. Gangguan memori yang diproses melalui indra penglihatan. Anak dengan gangguan ini akan mempunyai masalah kognitif lain seperti membaca, visuospasial, dan pemusatan perhatian visual.
3.      Gangguan memori auditorik dan visual. Merupakan gabungan dari kedua gangguan diatas dan banyak ditemukan pada anak ADHD.

F.     Disleksia
Pada disleksia atau kesulitan membaca merupakan kelainan yang akan diteliti saat ini. Disleksia adalah kesulitan belajar membaca, menulis dan mengeja tanpa gangguan sensorik perifer, intelegensia rendah, lingkungan yang kurang menunjang, masalah emosional primer atau kurang motivasi. Beberapa definisi disleksia yang relatif konvensional adalah kesulitan belajar membaca.
Disleksia perkembangan merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup. Disleksia dianggap suatu defek yang disebabkan karena gangguan dalam asosiasi daya ingat (memori) dan pemrosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer. Untuk dapat membaca secara automatis anak harus melalui pendidikan dan intelegensi yang normal tanpa adanya gangguan sensoris.
Seperti kesulitan belajar lain yang disebabkan oleh DMO, disleksia bisa timbul pada anak-anak yang amat cerdas atau kecerdasannya dibawah rata-rata. Jadi tidak tergantung pada intelegensia tetapi banyak faktor yang mempengaruhi dan sebagian besar faktor sudah ada sejak pra atau perinatal. Beberapa faktor penyebab disleksia seperti genetik didahului disfasia, pengaruh hormonal prenatal seperti testosteron, gangguan migrasi neuron, serta kerusakan akibat hipoksi-iskemik saat perinatal di daerah parieto-temporo-oksipital.
Disleksia diklasifikasikan berdasarkan mekanisme serebral sebagai:
1.      Disleksia dan gangguan visual. Ini disebabkan adanya gangguan fungsi otak di bagian belakang yang dapat menimbulkan gangguan persepsi visual dan memori visual, sehingga anak membaca atau menulis huruf yang bentuknya mirip sering terbalik, disebut juga disleksia diseidetis /visual (Myklebust).
2.      Disleksia dan gangguan bahasa. Sering dijumpai dan setengahnya dilatar belakangi disfasia pada masa sekolah, ini disebut disleksia verbal atau linguistik yang ditandai dengan kesukaran dalam diskriminasi atau persepsi auditoris sehingga anak sulit dalam mengeja dan menemukan kata atau kalimat.
3.      Disleksia dengan diskoneksi visual-auditoris. Terjadi akibat gangguan dalam koneksi visual-auditif, sehingga membaca terganggu atau lambat. Dalam hal ini bahasa verbal dan persepsi visualnya baik. Diduga terdapat disfungsi pada girus angularis kiri atau amigdala yang disebut disleksia auditoris (myklebust).

No comments:

Post a Comment

Tulis komentar Anda disini

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH