TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Monday, 17 December 2012

KEMBALI



Kembali ke jejak-jejak yang telah terlewati
Berharap temui seberkas cahaya
Tuk menyinari api agar semakin benderang
Api semangat dalam diri ini yang mulai tak bertahan

Kembali pada langkah-langkah yang terlupakan
Berharap dapatkan cahaya bintang gumintang Tuk menerangi api agar semakin berkilauan
Api semangatku  yang sempat redup bahkan ingin padam

Kembali membuka catatan-catatan  yang telah usang
Membuatku mengerti arti dari sebuah perjuangan
Perjuangan pikiran dan hati dengan segala emosi dan perasaan
Perjuangan tuk menemukan arti sesungguhnya kehidupan

Kembali merenungi memori-memori yang telah tersimpan
Membuatku memahami setitik kecil arti kesabaran
Kesabaran tuk menghadapi berbagai warna perasaan
Yang kadang menggoyangkan diri untuk tak bertahan

Kembali menatap diri ini yang tak punya kekuatan
Mengingatkanku bahwa apa yang saat ini kusaksikan
Bahwa yang terjadi hari ini adalah buah dari perbuatan
Perbuatan-pebuatan di masa-masa yang telah hilang

Hingga aku menyadari kembali akan keangkuhan, kesombongan
Keangkuhan, kesombongan yang lupa akan mengingat-Nya dalam perbuatan
Padahal dengan mengingat-Nya lah bisa membuat hati benderang
Membuat benderang api semangat hidup untuk selalu tetap bertahan
Dan kini ku belajar untuk selalu mengingat-Nya dalam segala macam warna keadaan

***Sabtu 15 December 2012
Karya: M. Al. Furqan

SAYUR SEJUTA UMAT DOU WERA - UTA MBECA RO'O PARONGGE (SAYUR BENING DAUN KELOR)


Sayur ro’o parongge (daun kelor)

“uta mbeca ro’o parongge (sayur bening daun kelor)" Hmmm... inilah salah satu yang membuat saya pengen cepat2 Back to Kampung (wera) apabila libur kuliah tiba..
Sayur yang satu ini memang selalu menggoda saya untuk selalu pulang kampoeng tiap tahunnya, 
selama saya study di daerah perantauan ini (makassar) 
Jarang mencicipi yang namanya Uta Mbeca Ro’o Parongge (Sayur Bening Daun Kelor) :) karena harus beli baru dapat, jarang ada pohonnya...
yang lebih menggugah selera lagi ialah
apabila uta mbeca ro’o parongge ini dihidangkan dengan uta karamba (ikan asin) dan doco fo’o (sambal mangga muda).. ____hmmm caruuuu :(

lagi mau tota fo'o nih

Ulasan sedikit tenteng tanaman kelor
Tanaman kelor merupakan perdu dengan tinggi sampai 10 meter, berbatang lunak dan rapuh, dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun berwarna putih, buah besisi segitiga dengan panjang sekitar 30 cm, tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi (Moringa oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat. Bahkan, di beberapa negara di Afrika, seperti di Etiopia, Sudan, Madagaskar, Somalia, dan Kenya, sekarang mulai dikembangkan pula di Arab Saudi dan Israel, menjadi bagian untuk program pemulihan tanah kering dan gersang, karena sifat dari tanaman ini mudah tumbuh pada tanah kering ataupun gersang, dan kalau sudah tumbuh maka lahan di sekitarnya akan dapat ditumbuhi oleh tanaman lain yang lebih kecil, sehingga pada akhirnya pertumbuhan tanaman lain akan cepat terjadi. (http://alanmalingi.wordpress.com)

Manfaat utama daun kelor adalah:
Guna mendapatkan gambaran yang utuh, silahkan klik file powerpoint ini:  "Powerpoint Tentang Parongge (Kelor)"...(http://sbelen.wordpress.com)
Jadi, karena udah tau manfaat daun kelor maka sering-seringlah makan uta mbeca ro'o parongge dohoee....

Bagi masyarakat Bima, Daun kelor sudah sangat akrab sebagai sayur dan pohon-pohon kelor ini banyak digunakan sebagai tanaman pagar di halaman-halaman rumah warga maupun di kebun-kebun...
Dan di Nunggi sendiri sebagian besar disetiap rumah warga memiliki tanaman kelor ini, apalagi kalau di kebun, pasti ada...
 Fu’u parongge (pohon kelor)

***Minggu 16 December 2012
By: M. Al. Furqan


KADODO WERA NUNGGI AHLINYA



Kadodo merupakan makanan khas orang Bima, Indonesia pada umumnya. Makanan yang berwarna coklat tua dan terasa manis ini memang sangat enak dan menggugah selera.

Di Bima, makanan ini telah secara turun temurun dibuat oleh masyarakat Bima, tak terkecuali di Kecamatan Wera. Wera merupakan salah satu daerah yang ada di bagian timur kabupaten bima.. Selain terkenal dengan pantai-pantai dan pulaunya yang indah (pulau sangiang & pulau ular),
wera juga terkenal dengan makanan khasnya
yaitu KADODO
yang dalam bahasa indonesianya di sebut dodol.. 

Meskipun pembuatan dodol semacam ini juga banyak dibuat oleh masyarakat bima di wilayah lainnya, tetapi dodol yang terkenal di Bima  adalah kadodo Wera.
Ada satu desa di kecamatan Wera yang orang-orangnya sangat ahli membuat kadodo wera
yaitu di desa tempat kelahiranku!
dimana ituuuu???
Nunggi!

Ya , desa Nunggi namanya, terletak di Kecamatan Wera bagian Selatan.. 
Dan di Nunggi, salah satu orang yang pandai membuat Kadodo Wera dengan rasa yang enak dan digemari orang-orang ialah Umi Ume (nenek saya hehehe) . waktu saya kecil pas awal-awal datang pindah dari Kalimantan Barat utk tinggal bersama beliau di kampung (Nunggi), seingat saya waktu kecil beliau sering di panggil ketika ada orang yang ingin bikin kadodo..
Hingga saat ini keterampilan membuat Kadodo Wera masih tetap terwarisi, bahkan menyebar ke desa-desa lainnya yang ada di Wera.
 Kadodo Nunggi (Dodol dari desa Nunggi)

 masih baru, msh lengket2 di bibir klw di makan


 udah agak lama tersimpan, sehingga sdh bisa di iris2


Pada masa lalu, pembuatan Kadodo hanya dilakukan pada saat ada hajatan seperti perkawinan, khatam Al-qur’an, khitanan dan lain-lain. Namun pada masa sekarang pembuatan kadodo dapat kita jumpai di hari-hari biasa, yaitu mereka yg membuat kadodo utk oleh2 keluarga yg tinggal diluar kota atau untuk di jual..

Untuk membuat dodol yang bermutu tinggi, cukup sulit Karena proses pembuatannya yang lama dan membutuhkan keahlian.    Sehemat pengetahuan saya yg pernah melihat langsung masyarakat nunggi yg membuat kadodo yaitu bahan yg digunakan  untuk membuat kododo ialah
Santan kelapa
Tepung beras ketan
Gula merah
Sedikit bawang merah yg telah  digoreng + minyak gorengnya buat mengoles kualinya
*itu aja sih bahannya *klw gk salah!
 Dalam tahap pembuatannya,  bahan-bahan dicampur bersama dalam kuali yang besar dan di masak dengan api sedang. Kemudian harus di aduk terus menerus hingga matang atau berwarna coklat tua, barulah apinya dimatikan.
Agar kadodo bisa di iris-iris harus simpan di wadah lain dan didinginkan. Namun memakan kadodo yg baru matang di kuali sangatlah nikmat karena masih  terasa hangat dan lengket-lengketnya di bibir..
Jd pengen nih :) :) :)


Selain makanan khas kadodo, yang khas jg dari Wera yaitu pangaha bunga (kue bunga)


Kue Bunga (Pangaha bunga) juga merupakan satu diantara sekian jenis makanan khas daerah Bima yang lainya. NAMUN yang membuat beda pangaha bunga Wera dengan pangaha bunga di daerah-daerah lain yang ada di Bima ialah karena kekerasannya.. Pangaha bunga Wera terkenal dengan kerasnya ketika di gigit/makan dan tetap terasa gurih, itulah yang membuat pangaha bunga Wera begitu di gemari para masyarakat Bima pada umumnya. Tapi kalau gigi anda udh mulai goyang-goyang, jangan coba-coba, ntar bisa ompong :) :) :)

***Sabtu 15 December 2012
By M. Al. Furqan


ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH