TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Thursday, 23 September 2021

IBADAH ITU MELUANGKAN WAKTU, BUKAN MENUNGGU WAKTU LUANG UNTUK IBADAH

📌 SIBUK?
.
Telat shalat atau tidak menyempatkan untuk ibadah lainnya kepada Allah ï·»? Mari kita renungkan hadits qudsi berikut.
.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ï·º bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: 'Wahai manusia, Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan menutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan yang demikian itu, niscaya Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutup kefakiranmu'." (HR. At-Tirmidzi IV/642 no. 2466, Ibnu Majah II/1376, Ahmad II/358 no. 8681, dan Ibnu Hibban II/119 no. 393).
.
Sibuk biasanya berkaitan dengan bekerja alias mencari rezeki. Kesibukan kerja takkan ada artinya jika Allah ï·» menahan rezeki yang kita cari. Allah ï·» berfirman, “Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka (manusia) dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.” (QS. Adz-Dzariyaat: 57-58).
.
Jadi, sesibuk apapun kita, tetap harus meluangkan waktu untuk beribadah kepada Allah ï·». Jangan sampai menunggu waktu luang, karena malaikat maut sewaktu-waktu dapat menghampiri tanpa terlebih dahulu memberi kabar.

Jarak Adzan dan Iqamah yang Terlalu Cepat

Sebagian masjid menetapkan jarak jeda waktu antara adzan dan iqamah terlalu cepat. Ada yang jarak jedanya sangat cepat di mana muadzin setelah selesai adzan, lalu shalat sunnah lalu langsung adzan, tanpa melihat jamaah sekitarnya, bahkan ada yang begitu selesai adzan, langsung iqamah begitu saja.

Indikator terlalu cepatnya adalah:

1. Banyak jamaah yang terlambat ikut shalat berjamaah dan masbuk

2. Banyak jamaah begitu sampai masjid tidak sempat shalat sunnah dahulu bahkan tidak sempat berdoa di antara adzan dan iqamah yang merupakan waktu mustajabnya doa

3. Banyak jamaah yang merasa terlalu terburu-buru seperti sedang mengejar sesuatu ketika berjalan ke masjid

Hendaknya takmir masjid memperhatikan hal ini dan mungkin banyak berdiskusi dengan jamaah masjid. Memang ada takmir masjid yang punya argumen:

"Harusnya para jamaah itu berada di masjid sebelum adzan"

Ini sangat bagus, akan tetapi keadaan setiap orang berbeda-beda: misalnya

1. Ada yang punya anak kecil di rumah terkadang harus membantu istri memegang anak kecil

2. Ada jamaah yang bekerja (terurama masjid dekat perkantoran) yang mungkin punya waktu kerja yang tidak bisa disesuaikan

3. Ada pengantin baru atau usia muda yang malamnya mungkin melakukan "ibadah suami-istri" lalu ketiduran dan subuhnya harus mandi dahulu baru ke masjid

Semoga ini menjadi pertimbangan para takmir masjid. Kita shalat ke masjid itu dengan tujuan ibadah dan mencari ketenangan. Tenang berjalan ke masjid, tenang shalat sunnah dan tenang berdoa khusyu' di antara adzan dan iqamah, atau membaca bebeberapa ayat al-Quran sambil menunggu iqamah.

Ini hanya memakan waktu tambahan 5-10 menit dari waktu yang ditetapkan sebelumnya. Tidak rugi kita tambahkan waktu untuk itu, setelah shalat berjamaah pun kita semua tidak terburu-buru atau ada tugas penting setelah shalat berjamaah, sehingga kita buru-buru mengumandangkan iqamah shalat.

Berikut beberapa dalil-dalil terkait pembahasan di atas:
https://muslim.or.id/68835-jarak-adzan-dan-iqamah-yang-terlalu-cepat.html

Penyusun: Raehanul Bahraen

JANGAN REMEHKAN AMALAN ORANG LAIN


Abdullah Al-Umari, seorang ahli ibadah, pernah menyurati Imam Malik (yang sibuk mengajar hadits) agar banyak menyendiri dan beramal shalih saja. Maka Imam Malik pun membalasnya:

“Sesungguhnya Allah telah membagi amalan sebagaimana pembagian rizki. Ada orang yang dimudahkan untuk memperbanyak shalat, namun tidak dimudahkan untuk mengerjakan puasa. Ada juga orang yang dimudahkan untuk memperbanyak sedekah, namun tidak dimudahkan untuk memperbanyak puasa. Ada juga orang-orang yang dimudahkan untuk berjihad (namun tidak dimudahkan dalam amal lainnya).

Menyebarkan ilmu merupakan salah satu amal kebaikan yang paling utama. Aku ridha dengan apa yang Allah mudahkan untuk ku. Aku juga memandang amalanku ini tidaklah lebih rendah dari amalanmu dan aku berharap semoga kita berdua selalu dalam kebaikan dan ketaatan.”

(Siyar A’lam An-Nubala 8/114)

#MUHASABAHDIRI

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH