TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Sunday, 12 March 2023

ATOM-ATOM YANG MENJADI HIDUP

Dapatkah material- plastik, aluminium, dan baja di atas - terbang? Tidak. Mereka tidak dapat terbang sekalipun mereka ditempatkan bersama dalam suatu wadah. Pesawat dibuat dengan merakit banyak bahan yang masing-masing tidak mampu terbang, dengan rancangan khusus. Kemampuan untuk terbang bukan didapat dari aluminium, plastik, atau bahan bakar. Spesifikasi bahan ini sangat penting, tetapi kemampuan untuk terbang hanya bisa didapatkan setelah bahan-bahan ini digabungkan menurut suatu rancangan khusus. Begitu juga makhluk hidup. Sebuah sel hidup disusun dari atom-atom yang tidak hidup dengan rancangan khusus.

Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas atom dan bagaimana materi diciptakan dari yang sebelumnya tidak ada. Kita katakan bahwa atom adalah bahan penyusun semua benda baik hidup maupun mati. Perlu ditegaskan bahwa atom adalah bahan penyusun organisme hidup, di samping benda-benda mati. Karena atom adalah partikel-partikel yang tidak hidup, sangat menakjubkan bahwa atom merupakan bahan penyusun makhluk hidup. Ini juga merupakan masalah yang tidak pernah dapat dijelaskan oleh para pendukung teori evolusi.

Membayangkan atom-atom yang tidak hidup bergabung membentuk organisme hidup, sama tak mungkinnya dengan membayangkan batu-batu bergabung membentuk organisme hidup. Bayangkan sebongkah batu dan seekor kupu-kupu; yang satu benda mati, yang lainnya hidup. Tetapi apabila kita tinjau esensi mereka, kita akan melihat bahwa keduanya terbentuk oleh partikel-partikel subatomik yang sama.

Contoh berikut ini akan lebih menjelaskan kemustahilan benda mati berubah dengan sendirinya menjadi benda hidup: dapatkah aluminium terbang? Tidak. Bila kita gabungkan aluminium dengan plastik dan bahan bakar, dapatkah ia terbang? Tentu saja, belum bisa. Tetapi, jika kita gabungkan material-material ini dengan cara tertentu sehingga membentuk sebuah pesawat, baru mereka dapat terbang. Jadi, apa yang membuat sebuah pesawat bisa terbang? Apakah sayapnya? Mesinnya? Pilotnya? Tak satu pun dari mereka dapat terbang sendiri. Sesungguhnya, pesawat terbang dibuat dengan rancangan tertentu melalui perakitan aneka bahan yang masing-masing tidak dapat terbang. Kemampuan untuk terbang bukan berasal dari aluminium, bukan juga dari plastik, atau bahan bakar. Spesifikasi bahan ini sangat penting, tetapi kemampuan untuk terbang hanya bisa didapatkan setelah bahan-bahan ini digabungkan menurut suatu rancangan khusus. Begitu juga makhluk hidup. Sebuah sel hidup disusun dari atom-atom yang tidak hidup dengan rancangan khusus. Kemampuan sel hidup seperti pertumbuhan, reproduksi dan lain-lainnya, adalah hasil dari rancangan sempurna, bukan merupakan sifat-sifat molekul. Rancangan tersebut adalah rancangan Allah dalam menciptakan yang hidup dari yang mati

"Sesungguhnya Allah menumbuhkkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?" (QS. Al An'aam, 6: 95)

Hanya Allah yang Mahakuasa dan Mahabijaksana yang dapat menghidupkan substansi mati, dengan kata lain, menciptakan makhluk hidup. Sistem hidup mempunyai struktur yang sedemikian kompleks sehingga tak sepenuhnya dimengerti bagaimana mereka bekerja meskipun fasilitas teknologi tersedia saat ini.


Jelas betapa tidak berartinya sketsa di atas. Semua orang kini tahu bahwa batu-batu atau kerikil di alam tidak berubah menjadi katak atau ikan. Tak diragukan lagi, mustahil kehidupan bisa terbentuk dari materi mati. Ini menyangkal teori evolusi yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari benda mati secara kebetulan.

 Akan tetapi, ada kenyataan yang dipahami dengan bantuan ilmu pengetahuan yang membuat kemajuan luar biasa bersamaan dengan teknologi yang semakin canggih di abad ke-20 ini. Makhluk hidup mempunyai struktur yang sangat-sangat kompleks. Ketika teori evolusi diajukan pada pertengahan abad ke-19, penelitian ilmiah yang dilakukan dengan mikroskop primitif telah menciptakan kesan bahwa sel hanyalah segumpal materi sederhana. Namun pada abad ke-20, observasi dan penelitian yang dilakukan dengan alat-alat canggih dan mikroskop elektron mengungkap bahwa sel, yang merupakan bahan penyusun benda-benda hidup, mempunyai struktur sangat kompleks yang hanya dapat dibentuk sebagai hasil rancangan sempurna. Yang paling penting, penelitian ini menunjukkan bahwa mustahil kehidupan bisa muncul begitu saja dari zat mati. Sumber kehidupan hanyalah kehidupan. Fakta ini telah dibuktikan secara eksperimental pula. Ini merupakan masalah yang tidak pernah dapat dipecahkan oleh para evolusionis. Oleh karena itu, alih-alih menunjukkan bukti-bukti ilmiah, ilmuwan evolusionis yang menemui jalan buntu, menceritakan dongeng yang tak lebih dari omong kosong. Mereka mengajukan pernyataan yang sama sekali tidak masuk akal dan tidak ilmiah bahwa materi mempunyai kesadaran, kemampuan, dan kemauan sendiri. Anehnya, mereka sendiri juga tidak mempercayai kisah tidak logis ini dan pada akhirnya terpaksa mengaku bahwa pertanyaan utama yang harus dijawab tidak dapat dijawab secara ilmiah:

Pernah ada sebuah masa sebelum kita hidup, ketika bumi masih kosong dan tak berpenghuni. Sekarang dunia kita dipenuhi dengan kehidupan. Bagaimana ini terjadi? Bagaimana molekul organik berbasis karbon dibuat dalam ketiadaan kehidupan? Bagaimana makhluk hidup yang pertama muncul? Bagaimana kehidupan berevolusi sehingga terbentuk makhluk hidup sedemikian detail dan rumit seperti kita, yang dapat menggali misteri asal-usul kita sendiri?

Misteri evolusi terbesar saat ini adalah bagaimana materi muncul dan berevolusi, mengapa bentuknya di alam semesta dan di bumi seperti sekarang ini? Dan mengapa ia mampu membentuk dirinya menjadi kumpulan molekul hidup yang kompleks?

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkannya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
(QS. Al Baqarah, 2: 28)  

Seperti yang diakui para ilmuwan evolusionis di atas, tujuan utama teori evolusi adalah untuk menyangkal bahwa Allah menciptakan makhluk hidup. Meskipun kebenaran penciptaan sangat jelas pada setiap sudut alam semesta dan tampak gamblang bahwa setiap detail adalah hasil desain yang terlalu sempurna untuk terjadi secara kebetulan, evolusionis menutup mata pada kenyataan ini dan terjebak dalam lingkaran intelektual tak putus.

Alih-alih percaya pada kebenaran, para ilimuwan evolusionis memilih membicarakan kemampuan benda mati, bagaimana mereka mengubah diri menjadi organisme hidup. Sambil menutup mata dari kebenaran, para ilmuwan ini tanpa sadar mempermalukan diri mereka sendiri. Sangat jelas, menyatakan bahwa atom mempunyai bakat dan menggunakan bakat ini untuk mengubah diri menjadi sistem hidup, tidak ada hubungannya dengan nalar.

Setelah membaca contoh yang akan kita kutip sekarang, Anda akan menentukan sendiri realistis atau tidak kisah-kisah ini. Berikut ini adalah skenario yang diajukan para evolusionis untuk menggambarkan perubahan atom-atom mati dan tidak berkesadaran menjadi organisme hidup, atau tepatnya, menjadi manusia dengan tingkat kesadaran dan kecerdasan tinggi.

KETIKA ATOM MEMPELAJARI ATOM

 

Menurut pernyataan evolusionistis, atom-atom yang secara kebetulan berubah menjadi profesor dan melihat diri sendiri dengan mikroskop elektron, menyatakan bahwa mereka terbentuk secara kebetulan. Tidak diragukan pernyataan demikian sangat tidak meyakinkan bahkan bagi anak kecil.

Setelah Big Bang, atom-atom, yang mengandung gaya-gaya yang tepat seimbang, entah bagaimana memunculkan dirinya. Sementara sebagian atom, yang memadai jumlahnya untuk membentuk seluruh alam semesta, membentuk bintang-bintang dan planet-planet, serta sebagian membentuk bumi. Sebagian atom yang membentuk bumi, pada awalnya membentuk daratan, dan kemudian, secara tiba-tiba memutuskan untuk membentuk makhluk hidup! Atom-atom ini pertama-tama mengubah dirinya menjadi sel-sel dengan struktur yang sangat kompleks dan kemudian memproduksi duplikat sel yang mereka bentuk dengan membelah diri menjadi dua. Setelah itu mereka mulai berbicara dan mendengar. Kemudian, atom-atom ini berubah menjadi profesor-profesor yang melihat diri mereka sendiri melalui mikroskop elektron dan menyatakan bahwa mereka muncul secara kebetulan. Sebagian atom bergabung untuk membentuk insinyur-insinyur sipil yang membangun jembatan dan gedung pencakar langit, sementara atom-atom lain bergabung untuk memproduksi satelit, pesawat terbang. Dan atom-atom lainnya lagi menjadi spesialis di bidang fisika, kimia, dan biologi. Atom-atom seperti karbon, magnesium, fosfor, potasium dan besi berkumpul untuk membentuk otak yang sempurna dengan kompleksitas luar biasa, dan masih mengandung rahasia yang belum terungkap. Otak ini mulai melihat benda-benda tiga dimensi dengan resolusi sempurna yang belum pernah dicapai teknologi. Sebagian atom membentuk pelawak dan mentertawakan lelucon yang dibuat pelawak. Lagi, sebagian atom menciptakan musik dan menikmati musik itu.

Cerita ini bisa kita perpanjang, tetapi mari kita hentikan sampai sini, dan melakukan eksperimen untuk menunjukkan bahwa cerita seperti itu tidak akan pernah terwujud. Biarkan para evolusionis memasukkan atom-atom sebanyak yang diperlukan unsur-unsur yang membentuk kehidupan ke dalam sebuah tong. Biarkan mereka menambahkan apa saja yang mereka anggap perlu ke dalam tong itu agar atom-atom ini bersatu untuk membentuk zat organik, dan biarkan mereka menunggu. Biarkan mereka menunggu selama 100 tahun, 1.000 tahun, dan bila perlu selama 100 juta tahun, dengan mengalihkan tugas penantian dari ayah kepada anaknya. Akankah suatu saat muncul seorang profesor dari tong ini? Tentu saja tidak. Berapa lama pun mereka menunggu, seorang professor tidak akan muncul dari tong ini. Bukan hanya professor, satu makhluk hidup pun tak akan keluar dari tong ini. Tidak ada burung, ikan, kupu-kupu, apel, gajah, mawar, stroberi, jeruk, bunga violet, pohon, semut, lebah madu, bahkan nyamuk, tidak akan pernah ada, karena sekalipun jutaan keping zat organik terkumpul, mereka tidak akan dengan spontan memiliki sifat-sifat makhluk hidup.

Sekarang, mari kita lihat apakah atom-atom yang tidak berkesadaran dapat secara spontan membentuk DNA, batu pertama kehidupan, dan protein.

 

DNA (Deoxyribonucleic Acid/Asam Deoksiribonukleat), yang terletak pada inti sel mengandung kode-kode yang membawa informasi dari semua organ dan karakteristik tubuh. Kode ini sedemikian kompleks sehingga para ilmuwan hanya dapat menerjemahkannya secara terbatas baru pada tahun 1940-an. DNA, yang berisi semua informasi tentang makhluk hidup pemiliknya, juga dapat berkembang biak sendiri. Bagaimana molekul yang terbentuk melalui perakitan dari atom-atom dapat berisi informasi dan bagaimana ia memperbanyak jumlahnya dengan menduplikat diri sendiri, masih merupakan salah satu pertanyaan yang tidak terjawab.

Protein adalah bahan pembangun makhluk hidup dan mereka memainkan peran kunci dalam banyak fungsi penting organisme. Misalnya, hemoglobin mengirim oksigen ke seluruh tubuh kita, antibodi menjinakkan mikroba yang memasuki tubuh kita, dan enzim membantu kita mencerna makanan yang kita makan dan mengubahnya menjadi energi.

Rumus pada DNA kita memungkinkan pembentukan 50.000 macam protein. Jelas, protein sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup dan ketiadaan satu protein saja, mustahil makhluk hidup itu bisa hidup. Secara ilmiah mustahil bagi DNA dan protein, yang masing-masing merupakan molekul besar, untuk terbentuk begitu saja secara kebetulan.


Molekul DNA yang mengandung informasi lengkap tentang sel-sel hidup dalam sistem pengkodean sempurna, memiliki struktur yang sangat kompleks. Struktur molekul tanpa cacat ini menggugurkan pernyataan evolusionis bahwa ia terbentuk secara kebetulan.

DNA adalah serangkaian nukleotida yang tersusun dalam urutan terentu. Protein adalah serangkaian asam amino yang tersusun lagi-lagi dalam urutan tertentu. Sebelumnya, secara matematika tidak mungkin baik untuk molekul DNA maupun molekul protein, yang terdiri dari ribuan jenis, untuk memilih secara kebetulan urutan yang diperlukan untuk kehidupan. Perhitungan probabilitas menunjukkan bahwa molekul protein yang paling sederhana sekalipun berpeluang nol untuk dapat mencapai urutan yang benar. (Untuk informasi lebih detail, baca buku Keruntuhan Teori Evolusi oleh Harun Yahya). Di samping ketidakmungkinan matematis ini, juga ada hambatan kimiawi untuk pembentukan molekul ini secara kebetulan. Jika hubungan antara DNA dan protein merupakan fungsi waktu, peluang dan proses alami, maka harus ada semacam kecenderungan kimiawi pada DNA dan protein untuk bereaksi, seperti asam dan basa yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bereaksi. Dalam hal ini, jika 'peluang' benar-benar berperan, asam-gula, asam aminefosforat, dan seluruh tuan rumah (host) dari reaksi-reaksi kimia alami lainnya akan terjadi di antara fragmen-fragmen DNA dan protein manapun, dan makhluk hidup yang kita lihat sekarang tidak akan terbentuk.

Apakah kecenderungan alami fragmen-fragmen DNA dan protein untuk bereaksi secara kimia ini lantas membuat waktu, peluang, dan hukum kimia pada akhirnya akan menghasilkan kehidupan dari campuran molekul-molekul ini? Tidak. Bahkan sebaliknya. Masalahnya adalah bahwa semua reaksi kimia alami ini adalah reaksi yang salah selama ini mengenai sistem kehidupan. Jika diserahkan pada waktu, peluang, dan kecenderungan kimiawi mereka sendiri, DNA dan protein akan bereaksi sedemikian rupa sehingga menghancurkan sistem kehidupan dan akan menghambat perkembangan kehidupan.

Sudah jelas, sama sekali mustahil bagi DNA dan protein, yang sama sekali tidak dapat terbentuk secara acak, dibiarkan tak terkedali untuk membentuk kehidupan mengikuti formasi mereka sendiri. Jean Guitto, filsuf kontemporer, menegaskan ketidakmungkinan ini dalam bukunya yang berjudul Dieu et la Science (Tuhan dan Ilmu Pengetahuan), dengan menyatakan bahwa kehidupan tidak terbentuk secara kebetulan:

"Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Hadiid, 57: 1-2)

Mengikuti 'kebetulan' yang manakah atom-atom tertentu saling mendekat untuk membentuk molekul pertama dari asam amino? Sekali lagi, melalui kebetulan yang mana molekul-molekul ini bergabung untuk membentuk struktur kompleks yang disebut DNA? Saya mengajukan pertanyaan sederhana ini seperti ahli biologi, Francois Jacob bertanya: Siapa yang mempersiapkan rencana agar molekul DNA pertama memberikan pesan pertama yang memicu kelahiran sel hidup pertama?

Jika orang puas dengan asumsi yang melibatkan faktor kebetulan, pertanyaan-pertanyaan ini - dan banyak lagi lainnya - tidak akan pernah terjawab; Inilah sebabnya, selama beberapa tahun terakhir, para ahli biologi mulai mengubah pandangannya. Peneliti-peneliti ternama tidak puas dengan menceritakan kembali hukum Darwin tanpa berpikir, dari waktu ke waktu; mereka mengajukan teori baru yang mengejutkan. Teori-teori ini berdasarkan pada gagasan bahwa ada Zat Pengatur yang jelas lebih superior daripada materi terlibat dalam proses ini. 

Seperti yang dikatakan Jean Guitton, sains telah mencapai suatu titik, berkat penelitian dan penemuan-penemuan ilmiah di abad ke-20, sehingga secara ilmiah telah terbukti bahwa teori evolusi Darwin tidak berlaku. Ahli biologi Amerika, Michael Behe, menyampaikan hal ini dalam bukunya yang terkenal, Darwin's Black Box:

“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”
(QS. An-Nahl, 16: 49-50)

Sains telah mengalami kemajuan luar biasa dalam memahami bagaimana kimia kehidupan bekerja, tetapi keanggunan dan kerumitan sistem biologi pada tingkat molekul telah melumpuhkan usaha-usaha sains untuk menjelaskan asal usul manusia. Jangankan kemajuan, usaha untuk menjelaskan asal usul sistem biomolekular yang spesifik dan kompleks saja nyaris tidak ada. Banyak ilmuwan berpura-pura menyatakan bahwa penjelasan sudah di tangan, atau akan ada cepat atau lambat, tetapi tidak ada dukungan untuk pernyataan ini dalam literatur ilmiah profesional. Lagipula, ada alasan-alasan yang memaksa - berdasarkan struktur sistem itu sendiri - kita berpikir bahwa penjelasan Darwin untuk mekanisme kehidupan selamanya terbukti tidak masuk akal.

Seperti halnya seluruh alam semesta diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, begitu pula makhluk hidup. Tidak ada yang dapat muncul dari ketiadaan secara kebetulan, demikian pula, zat mati tidak dapat bergabung secara kebetulan untuk membentuk makhluk hidup. Hanya Allah, pemilik kekuatan, kebijakan, dan ilmu pengetahuan tak terhingga, yang memiliki kekuatan untuk melakukan semua ini:

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayan di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al A'raaf, 7: 54)

No comments:

Post a Comment

Tulis komentar Anda disini

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH