TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Tuesday 5 January 2021

PULAU ULAR, Destinasi Wisata UNIK di Wera - Bima

Pulau UNIK, demikian orang Bima menyebutnya.

eeeeeH salah salah salah 😁

Pulau ULAR, demikian orang Bima menyebutnya.  

Pulau yang kira-kira luasnya 500 m2 terletak di tengah laut perairan Wera ini merupakan habitat bagi populasi ular dengan keunikan kulitnya yang berwarna putih bersih dengan kombinasi hitam mengkilap. Memiliki ciri ekor yang pipih dan hidup di dalam air menandakan bahwa jenis ini termasuk ular laut. Mayoritas kita tahu yang namanya ular laut pasti merupakan jenis ular yang sangat berbisa/beracun. Namun yang membuat ular di pulau ini UNIK ialah ular-ular yang kenyataannya sangat beracun ini faktanya ialah sangat bersahabat dan jinak terhadap orang-orang yang datang/berkunjung ke pulau kecil ini.

 


Tuh Pulau Ularnya diBelakang!


Nih Biar Lebih jeLasnya:


Berdasarkan pengalaman saya kemarin waktu mengunjungi pulau ini, memang habitat ular-ular yang ada di pulau ini sangatlah bersahabat, enjoy, santuy, relax, dengan para pengunjung. Bagaimana tidak, ularnya kita tarik-tarik keluar dari celah-celah bebatuan/tebing mereka santuy-santuy aja tanpa bereaksi melawan/mematok/menggigit dan sebagainya terhadap saya dan para pengunjung. Hmmm ini ular apa TALI tarik tambang.. hahah

Kenapa ularnya kita tarik paksa keluar dari celah-celah bebatuan/tebing??? Karena waktu berkunjung kemarin pas air lautnya sedang pasang, jadi untuk bertemu langsung dengan ular dalam jumlah banyak, lumayan susah.. Beda kalo pas air laut sedang surut, kita tinggal mungut aja himpunan ular yang sedang berlarian di atas pasir/bebatuan..


Kata babang tamvan,, eeeeeeH salah lagi 😀😀😀

Kata babang yang punya Sampan Motor yang kami naiki, gak usah takut, pegang aja, wong selama ini nggak pernah ada pengunjung/wisatawan yang terluka karena ular-ular di pulau ini kok. Ujarnya!

 





Pulau Ular, merupakan destinasi wisata yang sangat UNIK dan menarik juga menantang bagi para wisatawan. Bayangkan saja, di pulau ini terdapat ratusan ular berbisa yang hidup lepas bebas enjoy santuy dengan keUNIKannya yang tidak mengganggu/menggigit/mematok para pelancong/wisatawan yang datang berkunjung. Destinasi wisata pulau ular ini bisa jadi pilihan untuk liburan yang menarik, menyenangkan juga menyeramkan.

 

Meskipun awalnya menyeramkan kini banyak wisatawan yang melancong ke pulau UNIK ini, dimana pada saat musim liburan banyak wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung ke pulau ini. Bercengkerama dengan ular rasanya akan menjadi suatu pengalaman yang tak terlupakan. Tanpa pawang, tanpa dilatih, kita akan bisa merasakan bagaimana bermain-main dengan binatang berbisa yang terkenal mematikan ini. Hanya butuh keberanian melawan perasaan takut untuk memegang ular-ular di pulau ini. 

 

Anda penasaran dengan ular yang hidup di alam bebas tetapi jinak-jinak, bisa bebas kita pegang-pegang, dikalung-kalungin, dicium-cium, dan sama sekali tidak bereaksi (mematok/menggigit/dll). Ayooo segera ke Pulau Ular, yang letaknya tidak terlalu jauh dari bibir pantai Desa Pai (dari pinggir pantai untuk sampai ke pulau ular kurang lebih waktu tempuhnya 5 menitan menggunakan sampan motor dengan biaya Rp 10000 sampai 20000 per Orang). Pulau Ular tepatnya terletak di agak tengah laut Desa Pai Kecamatan Wera Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.  Pulau ular dapat dijangkau dengan waktu tempuh sekitar 30 menit perjalanan dari Tawali (Ibukota Kecamatan Wera) atau 40 menit perjalanan dari Kecamatan Sape menggunakan transportasi darat. Jika Anda dari Kota Bima kurang lebih 3-4 jam Perjalanan. Pemda sudah semestinya menyentuh Destinasi Wisata ini secara menyeluruh antara lain dengan menata tempat wisata ini agar semakin menarik, memperbaiki jalan yang rusak parah agar akses menuju pulau ular ini semakin mudah, membangun fasilitas semacam gazebo-gazebo di pinggir pantainya untuk disewakan, penyiapan Sampan Motor yang memadai dan akan menjadi sumber PAD bagi Daerah/Desa.

 



Terakhir, sebelum tulisan ini saya THE END kan, ini sekedar pesan aja, mungkin bermanfaat bagi kita semua:

Ular-ular di pulau tersebut karena kita tahu tidak mematok/menggigit dan sebagainnya bukan berarti kita berjalan, duduk, ataupun berenang di sekitaran pulau tersebut dengan sembarangan... Karena bisa saja kalau kita tidak berhati-hati misalnya; melangkahkan kaki terus tidak sengaja menginjak bagian tubuh ular tsb atau tidak sengaja menduduki ular di padang ilalang di atas bukitnya atau lagi pas tapakan tangan kita ketika berenang mengenai bagian tubuh ular tersebut, dimana jika terinjak/terduduki/tertampar mustahil mereka (ular-ular tsb) tidak bereaksi, namanya juga ular kalau bereaksi yaa otomatis dengan gerakan refleksnya mematok yang mematikan itu.. Ingat, setiap yang merasa sakit/tersekiti pasti akan bereaksi. Jangankan hewan, manusia aja kalau merasa tersakiti akan refleks bereaksi. Cuman bedanya kita masih punya akal, jadi kalau orang bilang nggak sengaja nggak sengaja kita masih bisa kontrol perasaan/emosi..  Laah ular, kalo keinjak, kita teriak nggak sengaja nggak sengaja, bisa/racunnya udah keburu ngalir di dalam tubuh kita. 😀😀😀 So, kita jangan sampai nggak hati-hati meskipun ular-ularnya jinak-jinak merpati 😀😀😀


Byeee.... See you next time Snake Island Wera



By M. AL. FURQAN – Jan 2021

 


Sunday 3 January 2021

Saturday 2 January 2021

Susahnya Transportasi di Satiruk (My Work Story)

Kecamatan Pulau Hanaut merupakan satu dari dua kecamatan di Kotawaringin Timur yang masih terisolasi jalan darat karena letaknya di kawasan seberang, terpisah oleh Sungai Mentaya. Jalan penghubung antardesa masih sangat terbatas hanya untuk kendaraan roda dua sehingga masyarakat lebih mengandalkan transportasi sungai. Di wilayah pulau hanaut terdapat desa Satiruk yang letaknya paling ujung selatan dari wilayah kecamatan, saking ujungnya desa Satiruk wilayahnya selatannya berhadapan langsung dengan laut lepas.

Untuk mencapai Desa Satiruk, perjalanan darat sekitar satu jam dari Kota Sampit menuju dermaga Pasar Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, kemudian dilanjutkan perjalanan menggunakan perahu motor sekitar satu jam hingga sampai ke Desa Satiruk. Atau bisa juga dari Kota Sampit langsung menuju dermaga Palingkau Desa Sei Ijum Raya, jika hendak ke Desa Satiruk menggunakan  kendaraan roda dua (motor).

Dulu (2015)  waktu awal-awal menginjakkan kaki di Desa Satiruk ini, untuk kelaur masuk desa hanya bisa di tempuh melalui jalur sungai saja menggunakan kelotok (perahu motor) baik itu untuk ke desa tetangga atau Ibukota Kecamatan (Bapinang).

Dan Alhamdulillah setelah 2 tahun saya bermukim di desa satiruk (untuk kerja) akhirnya jalan darat sudah dibangun sehingga ke kota sudah bisa melewati jalur darat (meskipun hanya bisa di lalui kendaraan roda dua). Dan tidak lama setelah jalan tembus akhirnya listrik juga sampai ke desa satiruk... jadi selama kurang lebih 2 tahun tersebut hanya mesin genset dan lampu minyak tanah yang menemani hari-hari selama di satiruk :)

Mengingat kembali perjuangan waktu mengajar di daerah ini memang sangat luar biasa, bagaimana rasanya susah mau ke desa tetangga/ ke kecamatan/ ke kota karena sulitnya transportasi, karena memang tidak ada taxi air (kendaraan umum) yang melayani Satiruk-Bapinang/Samuda/Sampit, jadi kalau saya mau ke luar dari desa satiruk harus pagi-pagi/ subuh sudah ada di demaga/pelabuhan desa untuk mencari/menunggu warga yang ke kecamatan/kota untuk saya tumpangi, itupun kadang-kadang sudah menunggu sampai siang ternyata tidak ada warga yang ke kota maka saya pulang kembali ke rumah. Berharap besok, besok dan besoknya lagi ada warga yang hendak ke kota menggunakan kelotoknya. Hmmm istilahnya kita turun pagi-pagi/ subuh ke dermaga itu untung-untungan, karena kita tidak tau ada atau tidak warga yang ke kota pada hari tersebut.

Upaya untuk membuka trayek perahu klotok yang rutin melayani Satiruk-Samuda sejatinya pernah dicoba. Namun demikian, layanan tersebut kurang laku karena masyarakat lebih memilih menumpang kepada perahu milik warga setempat yang hendak ke Samuda. Umumnya, setiap hari terdapat kapal milik warga yang melaju menuju Samuda. Namun demikian, perjalanan tersebut dilakukan untuk memenuhi hajat tertentu dan bukan untuk komersil.

Jika kita dalam keadaan mendesak atau penting banget maka bisa mencater kelotok warga, jasa sewa kapal klotok dari Satiruk ke Palingkau dihargai sekitar Rp400.000 per perjalanan atau Rp800.000 pulang pergi.

Saat ini pemerintah daerah sedang membangun jalan dari jembatan di Desa Cempaka Mulia Timur Kecamatan Cempaga melintasi Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut. Jalan yang berujung di perbatasan Kabupaten Katingan itu akan membuka keterisolasian yang selama ini dialami masyarakat di dua kecamatan tersebut. Semoga Pembangunan Jalan Poros tersebut cepat terselesaikan tanpa hambatan. aamiin

By M. AL. FURQAN - sunday night 2 Jan 2021

 

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH