Rasanya sangat tidak mungkin apabila bumi pernah berpadu dengan langit. Bukankah langit sangat luas bila dibandingkan dengan luasnya bumi? Jika keduanya pernah menyatu, ada kemungkinan bahwa bahan dasar pembentuknya sama. Pertanyaan pertama diatas akan memunculkan sekian pertanyaan berikutnya yang sulit di jawab. Satu hal yang perlu kita catat adalah tidak mungkin Al-Qur’an menyebutkan informasi tersebut jika tidak mengandung makna yang luar biasa.
Mari kita menelusuri siklus perjalanan alam semesta sejak kelahirannya. Sains modern telah menjelaskan bahwa tanda-tanda atau jejak proses kelahiran bintang-bintang dan galaksi telah terdeteksi oleh teleskop-teleskop canggih seperti Hubble pada abad ke-20. Adakah kesesuaian antara temuan sains tersebut dengan penjelasan Al-Qur’an?
Proses kelahiran alam semesta ternyata telah dimulai sejak sekitar 18 miliar tahun yang lalu, yaitu sebelum terjadinya ledakan kosmik sangat dahsyat dari sebuah titik singularitas. Ledakan itu dikenal dengan peristiwa big bang yang terjadi sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Dari informasi tersebut kita dapat menganalogikan proses dari sebuah titik sampai menjadi sebuah ledakan dahsyat kosmis ternyata membutuhkan waktu kurang lebih 4,3 miliar tahun. Masa ini hampir sama dengan umur planet bumi, yaitu, sekitar 4,56 miliar tahun.
Peristiwa Big Bang yang telah dikemukak an oleh George gemow, George Lemaitre pada tahun 1930-an, dan Stephan Hawking pada tahun 1980-an tersebut telah menjelaskan kejadian awal alam semesta. Teori tersebut menjelaskan bahwa alam semesta awalnya tersusun dari sebuah titik yang sangat rapat, padat, dan panas yang disebut titik singularitas, yaitu sebuah titik yang tidak terdefenisikan. Dari titik inilah suatu ledakan kosmik maha dahsyat yang disebut sebagai Big Bang terjadi dan membentuk atom-atom hydrogen (H), Helium (He) proton, electron, dan neutron dalam hitungan menit.
Sejak saat itu masa keemasan alam semesta terjadi. Bintang bintang, proto-proto galaksi, galaksi-galaksi dan quasar mulai terbentuk. Semuanya terkendali dalam jaring-jaring gravitasi yang sudah terbentuk sejak awal, sebelum ledakan kosmis tersebut. Selanjutnya, alam semesta mengembang dan berangsur-angsur mendingin.
Ternyata Allah SWT, telah menjelaskan kejadian tersebut di dalam QS Al-Anbiya’ ayat 30
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman”??
(QS Al-Anbiya’ [21] : 30)
Selanjutnya kita mungkin berfikir keras untuk memahami pengertian bahwa semua kehidupan itu berasal dari air. Tiga ahli kosmologi dan astronomi, yaitu George gemow, George Lemaitre dan Stephan Hawking menjelaskan bahwa atom-atom yang terbentuk sejak peristiwa Big Bang adalah atom Hidrogen (H) dan Helium (He). Bukankah air terdiri dari atom hydrogen dan oksigen (H2O)?. Artinya, sejak 1400 tahun silam Al-Qur’an telah menyebutkannya jauh sebelum tiga pakar ini mengemukakan teorinya.
Hampir seluruh pakar percaya bahwa system tata surya terbentuk kurang lebih sejak 5,0 – 4,56 miliar tahun lalu. System itu terbentuk dari suatu awan gas raksasa dan debu yang disebut sebagai Solar Nebula. Solar nebula berasal dari sebuah bintang yang berakhir hidupnya lalu meledak dan disebut sebagai supernova. Dari supernova inilah bintang metahari kita terbentuk, yang kemudian diikuti oleh Planet Bumi sekitar 500 juta tahun kemudian.
Berdasarkan pengamatan para ahli, alam semesta mengembang dengan laju percepatan yang sangat mengherankan dan menakjubkan setelah proses pembentukannya. Salah satu cara untuk mengetahui konsep pengembangan alam semesta adalah dengan menggambar titik-titk, sebagai perumpamaan galaksi-galaksi, di atas sebuah balon. Ketika balon itu di tiup, setiap titik tersebut akan bergerak menjauh.
Bila seorang melihat semesta dari sebuah galaksi, semua galaksi akan terlihat saling menjauh. Galakasi yang jauh terlihat bergerak semakin menjauh satu sama lain lebih cepat dibandingkan dengan galaksi yang lebih dekat. Itulah penjelasan Hukum Hubble
Beberapa ahli astronomi percaya bahwa perluasan atau pengembangan alam semesta akan terus berlanjut, sedangkan beberapa ahli lainnya meyakini pada suatu saat alam semesta akan mulai mengerut. Didalam ayat berikut Allah AWT telah memaparkan dengan sangat jelas bahwa alam semesta memang meluas atau mengembang.
“dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (mengembangkannya) (QS) Al-Dzariyat[51]:47).
Berdasarkan teori big bang yang telah di terima, alam semesta terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lalu dan terus mengembang sejak saat itu. Pakar-pakar astronomi mengenali empat modela grafik alam semesta yang akan datang, yaitu accaelerating expansion (pengembangan yang bertambah cepat), open universe (alam semesta terbuka), flat universe (alam semesta datar), dan closed universe (alam semesta tertutup). Model closed Universe menjelaskan bahwa suatu saat alam semesta akan mengerut.
Suatu saat nanti akan terjadi big bang crunch, yaitu tabrakan seluruh isi alam semestya yang terdiri atas kumparan galaks, galaksi, bintang, dan planet. Hal ini adalah kebalikan dari awal pembentukannya. Alam semesta perlahan menuju titik keseimbangan barunya dan akhirnya kehilangan tenaga sehingga tersedot kembali oleh gaya gravitasi awal pembentukannya.
Alhamdulillah Al Qur’an telah menjelaskannya seperti penjelasan model keempat tersebut diatas, seperti bunyi firman Allah AWT dibawah ini
(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanaknnya.(QS Al-Anbiya’[21]:104)
Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadilemah (QS Al-Haqqah [69] : 15-16).
Mengapa Allah SWT. Mengatakan bahwa pada waktu kiamat langit menjadi “lemah“? Menurut penjelasan sains, suatu saat energy percepatan dan mengembangnya alam semesta akan seimbang dengan gaya tariknya atau dapat dikatakan sama dengan nol. Selanjutnya, gaya tarik awalnya perlahan-lahan menarik semua benda-benda langit yang berpencar untuk disatukan kembali pada titik awalnya.; itulah awal terjadinya kehancuran alam semesta atau yang disebut sebagai kiamat kubra. Wallahu A’lam bish-shawab.
Ada satu hal yang seharusnya menjadi pertimbangan kita hidup di bumi ini. Bumi yang kita anggap besar ini ternyata tidak sebesar apa yang kita anggap. Kita adalah salah satu “mahluk kecil” yang diciptakan oleh Allah SWT selain tumbuhan, hewan, bebatuan, air dan sebagainya. Sehari-hari kita tinggal di sebuah tempat yang menajadi bagian kecil dari sebuah kota. Kota tempat kita berada adalah bagian kecil dari sebuah provinsi. Provinsi yang kita tinggali merupakan bagian kecil dari sebuah Negara. Negara kitapun hanya sebagian kecil dari sebuah benua, dan benua yang kita tinggali merupakan satu dari lima benua yang ada di planet bumi.
Lihat perbandingannya saat kita berada dalam kamar misalnya, ukuran tubuh kita merasa begitu besar, namun ketika berada dalam aula, tubuh kita menjadi lebih kecil. Akan lebih kecil lagi, jika berada disebuah kota, provinsi, Negara, dan benua. Keberadaan kita menjadi tiada berarti jika perbandingannya dengan planet bumi tempat kita berada saat ini.
Cerita belum usai. Ternyata, bumi hanyalah satu dari delapan planet anggota tata surya yang berputar mengelilingi matahari. Matahari pun hanaya satu dari sekitar 100 miliar bintang yang tergabung dalam galaksi Bima Sakti (Milky Way). Dari jumlah sebanyak itu, hanya sekitar 6000 bintang saja yang dapat kita amati dengan mata telanjang. Sekitar 300 diantaranya berada diatas horizon dan separuh ada dibawahnya.
Sesungguhnya, bima sakti bukan satu-satunya galaksi yang mengisi setiap sudut langit sampai batas yang bisa dicapai oleh teleskop terbesar yang dimiliki manusia. Jumlah galaksi yang dapat dipotret dengan teleskop berdiameter 500 cm di Mt. Palomar (Amerika Serikat), mungkin sampai satu miliar galasi. Hal yang menarik, galaksi kita pun hanyalah satu dari seratus miliar galaksi lainnya yang tergabung dalam supercluster (kumpulan galaksi). Diperkirakan supercluster-superclaster membentuk gugusan-gugusan besar yang belum diketahui dimana tepinya.
Menurut para ilmuwan, diameter alam semesta mencapai 30 miliar tahun cahaya, artinya jika cahaya ingin menyeberangi alam semesta dari tepi kiri ke tepi kanan, atau sebaliknya, dibutuhkan waktu selama 30 miliar tahun cahaya. Padahal, dalam satu detik saja, kecepatan cahaya itu mencapai 300.000 km. Dengan kecepatan 300.000km/detik, dalam waktu satu tahun, cahaya akan menempuh jarak sekitar 9,5 juta km. Coba hitung, berapa kilometer diameter alam semesta ini dan bandingkan dengan diameter bumi kita yang luasnya hanya 510,1 juta km persegi. Bandingkan pula dengan keberadaan diri kita di alam semsta ini. Pastinya, sungguh tiada berarti diri ini, padahal alam semesta yang tak terkira besarnya ini, hanya sedikit saja dari kekuasaan Allah SWT yang tiada terbatas. Masih ada alam-alam lain ciptaan Allah SWT yang jauh lebih hebat dan lebih besar.
Itu dari segi ukuran. Jika dilihat dari perspektif waktu hidup, pasti lain lagi ceritanya. Usia manusia biasanya 50-70 tahun. Sekarang, bandingkan dengan usia bumi kita yang kerangka milyaran tahun. Batuan-batuan bumi yang tertua diperkirakan terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun. Bekas-bekas kehidupan dibumi yang tertua diperkirakan sekitar 3,8 miliar tahun. Kehidupan mahluk yang bernama manusia diperkirakan 100.000 tahun. Apalagi jika dibandingkan dengan usia alam semesta yang konon sudah berusia 15 miliar tahun. Menurut hitungan para ahli fisika, 70tahun usia manusia sebanding dengan 0,15 detik kosmik (usia alam semesta). Asal tahu saja, satu detik kosmik sama dengan 475 tahun. Bila usia 70 tahun saja sebanding dengan 0,15 detik, berapa detik orang yang berusia 20, 30, 40, dan 50 tahun???.
Karena itu kita layak merenungkan firman Allah SWT.
112. Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
113. Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
114. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu Sesungguhnya mengetahui[1027]"
[1027] Maksudnya: mereka hendaknya harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja, sebab itu mereka seharusnya janganlah Hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja.
(QS Al-Mu’minun [23] : 112-114).
Melihat fakta ini sangat tidak mungkinlah bagi kita untuk berlaku sombong. Sungguh, manusia itu tidak ada apa-apanya. Dunia yang kita perjuangkan serta kita banggakan begitu kecil, tiada berarti dalam pandangan Allah SWT. Planet bumi-dimana uang, rumah mewah, kebun, hewan ternak, mobil mewah, perusahaan, keturunan, jabatan, teman, tanah yang luas, lautan, gunung, termasuk diri kita didalamnya hanya seserpih debu di tengah samudera bintang-bintang di alam semesta. Kita bisa mengungkap makna dari hadist,” seandainya dunia itu berharga disisi Allah, maka tak sedikit orang kafir yang akan mendapatkannya”. Saking tak berharganya, Allah SWT berkenan memberikan bagian dunia bagi orang-orang kafir. Dalam pandangan Allah SWT, dunia beserta isinya tidak lebih berharga dari pada sehelai sayap nyamuk.
Sekarang kita bisa memahami mengapa Rasulullah SAW dan para sahabat begitu mudah mendermakan harta yang dimilikinya untuk kebaikan. Dalam pandangan mereka, harta duniawi tidak ada artinya dibandingkan keridhaan disisi Allah. Kita pun paham akan makna sebuah hadits dari Rasulullah saw bahwa, “dua rakaat shalat fajar lebih baik dari pada dunia dan seisinya.” (HR Muslim dan At-Tirmidzi) wallahu A’lam…
= Sains Dalam Perspektif Al-Qur’an =