TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Showing posts with label NASIHAT. Show all posts
Showing posts with label NASIHAT. Show all posts

Saturday 10 February 2024

10 (SEPULUH) KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK


Oleh

Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd

 

Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tidak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan malapetaka besar ; dan termasuk menghianati amanah Allah.

 

Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak. Kumpulan dari beberapa rumah itu akan membentuk sebuah bangunan masyarakat. Bagi seorang anak, sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah dan masyarakat, ia akan mendapatkan pendidikan di rumah dan keluarganya. Ia merupakan prototype kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang tua, dituntut untuk tidak lalai dalam mendidik anak-anak.

 

BAHAYA LALAI DALAM MENDIDIK ANAK

Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya. Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh kedua orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan) kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya. Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah Allah. Banyak nash-nash syar’i yang mengisyaratkannya. Allah berfirman.

 

“Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya” [An-Nisa : 58]

 

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhamamd) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” [Al-Anfal : 27]

 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

 

“Artinya : Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban terhadap yang dipimpin. Maka, seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]

 

“Artinya : Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin lalu ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya itu, niscaya Allah mengharamkan sorga bagianya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]

 

SEPULUH KESALAHAN DALAM MEDIDIK ANAK

Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.

 

Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu.

 

Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.

 

Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

 

[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak

Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.

 

Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.

 

[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain.Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.

Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

 

[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.

Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

 

[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak

Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.

 

[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.

Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.

 

[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.

Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.

 

[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran

Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik

 

[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.

Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.

 

[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.

Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.

 

[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya

Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa hanyalan penyesalan tak berguna.

 

Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab.

[Disadur oleh Ummu Shofia dari kitab At-Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al-Mazhahir Subulul Wiqayati Wal Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VII/1424H/20004M, Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. Jl Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton, Gondangrejo – Solo]

Tuesday 14 November 2023

Penjelasan Panjang Lebar Tentang LONGSOR


A.     Longsor

Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa :

·       Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng.

·       Proses pemicu longsoran.

Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi untuk longsor, karena kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan longsor atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu. Proses pemicu longsoran dapat berupa :

Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah untuk longsor. Peningkatan kandungan air ini sering disebabkan oleh meresapnya air hujan, air kolam/selokan yang bocor atau air sawah kedalam lereng.

Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran alat/kendaraan. Gempa bumi pada tanah pasir dengan kandungan air sering mengakibatkan liquefaction (tanah kehilangan kekuatan geser dan daya dukung, yang diiringi dengan penggenangan tanah oleh air dari bawah tanah).

Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah. Beban yang berlebihan ini dapat berupa beban bangunan ataupun pohon-pohon yang terlalu rimbun dan rapat yang ditanam pada lereng lebih curam dari 40 derajat. Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga.

B.     Longsor Lahan




Perhatikan gambar diatas. Ada fakta yang menggelitik saya ketika membelah perbukitan di sana. Ada proyek luar biasa untuk mengamankan bukit-bukit di sana dari bencana keguguran alias longsor lahan. Bukit-bukit di sana dibuatkan “ikat kaki”.Ikat kaki adalah istilah yang saya pilih. Mari kita lihat foto yang saya peroleh di lapangan. Jika kita mengandaikan bukit sebagai sosok pribadi bak manusia maka tentunya posisi sabuk di sana tidak layak disebut ikat pinggang. Sabuk tersebut lebih cocok disebut ikat kaki sebab memang fungsinya mengikat kaki. Lalu apa yang menarik untuk ditelisik? Jawabannya adalah ide pembuatan ikat kaki tersebut.
Beberapa tahun terakhir kita mendapatkan edukasi tentang longsor lahan melalui banyak media. Longsor-longsor lahan yang terjadi di Indonesia menggerakkan stake holder yang berkepentingan di dunia itu untuk menyampaikan sesuatu demi keamanan bersama. Dan sasaran yang dituju tentunya masyarakat. Sehingga saya menjadi percaya diri mengajak pembaca untuk mengulas bahasan kali ini tanpa intro mendalam .

Ada faktor penting pemicu terjadinya longsor lahan yang sepertinya terabaikan pada peneluran proyek mitigasi bencana tersebut. Pemicu longsor lahan tidak hanya berupa penggundulan hutan di daerah hinterland. Bahkan, jika kita cermat pun maka boleh jadi kita akan terbelalak. Sebab, hutan yang rapat sekalipun tak menjamin area tersebut bebas longsor lahan. Entitas hutan memiliki massa yang sebenarnya pada titik klimaks tertentu justru menjadi beban bagi lahan yag menopangnya. Lalu faktor apa yang saya maksud tersebut? Faktor tersebut adalah bidang gelincir!
Tidaklah benar anggapan bahwa lapisan tanah ataupun batuan yang menyusun permukaan bumi ini berada pada posisi rata muka air serta paralel bertumpuk. Kekurangpemahaman tersebut juka saya gambarkan akan tampak seperti berikut.


Kita perlu mengingat kembali bahwa ada 2 tenaga yang bekerja pada permukaan bumi. Tenaga-tenaga tersebutlah yang membentuk konfigurasi permukaan bumi. Hasilnya tentu adalah bentukan perbukitan, lembah, dan sebagainya. Tenaga tersebut secara umum dirinci sebagai tenaga endogen dan eksogen. Sehingga kita harus selalu menyadari bahwa lapisan-lapisan tanah dan batuan tersebut sangat beragam. Ragam tersebut menyangkut posisi, arah, kombinasi, dan kemiringannya.
Pemahaman tentang variasi konfigurasi lapisan permukaan bumi tersebut selayaknya membimbing kita untuk kritis terhadap suatu permasalahan lahan. Bidang gelincir adalah bidang yang membatasi 2 unsur lapisan yang berbeda karakter. Misal lapisan tanah berada di atas lapisan batuan volkan yang keras dan licin. Bidang gelincir menjadi penting untuk dicermati sebab kondisi sepeti itu (perbedaan karakter) berimbas pada ketidakkompakan unsur-unsur tersebut. Jika kekompakan tidak terjamin maka keterceraiberaian hanya menunggu waktu saja. Pada contoh tanah dan batuan volkan, resiko longsor lahan meningkat ketika terjadi hujan lebat sehingga air meresap ke dalam tanah hingga berkontak dengan batuan volkan yang sifat dasarnya keras serta licin tersebut. Pada waktu yang terakumulasi, air-air yang meresap akan mengumpul di atas batuan sehingga membuat tanah yang berkontak menjadi mirip lempung yang licin. Ketika gaya berat atas massa tanah sudah tidak lagi dapat ditahan oleh gaya gesek antara tanah dan batuan maka otomatis lapisan tanah tersebut akan menggelincir. Terjadilah longsor lahan.

Ikat kaki yang dibangun di kabupaten tersebut sudahkah melampaui pertimbangan ini? Sebab tinggi alias lebar ikat kakinya sangat tidak spesifik jika harus ditugaskan untuk mengamankan bidang gelincir tadi. Pertama kali saya melihat ikat kaki tersebut saya langsung berkeyakinan bahwa usaha tersebut tidak akan memberikan kontribusi memuaskan perihal antisipasi bencana. Keyakinan saya tersebut langsung terbukti pada saat itu juga. Di titik lain terjadi longsor lahan hingga ikat kaki tersebut terkubur dan di titik lainnya dikembangkan model ikat kaki yang lebih mirip ikat pinggang. Mungkin ikat pinggang yang berujud tebing tumpukan batu tersebut dikembangkan setelah ikat kaki tak mampu menjaga kestabilan titik tersebut. Jikapun ada suatu rencana panjang untuk meninggikan ikat kaki menjadi ikat pinggang hingga ikat kepala maka perlu dipikir-pikir ulang akan dibuat apa sebenarnya daerah tersebut       

C.     PENYEBAB LONGSOR LAHAN

Gejala Umum Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor
• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
• Biasanya terjadi setelah hujan.
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
• Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor alami dan manusia:
1. Faktor alam
    Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
    a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan
         batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung_api.
    b. Iklim: curah hujan yang tinggi.
    c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
    d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
         erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
     e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
2. Faktor manusia
     Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
     a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
     b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
     c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
     d. Penggundulan hutan.
     e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
     f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
     g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakath. Sistem

 



 

Di Indonesia, kejadian banjir dan tanah longsor cenderung menunjukkan gejala yang semakin meningkat, semakin meluas, dan semakin mengganas dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan hingga saat ini belum ada upaya pencegahan dan penanggulangan banjir dan tanah longsor secara tuntas berdasarkan akar permasalahannya. Upaya-upaya yang saat ini dilakukan masih bersifat insidensial, umum, temporer, dan lebih berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu (Latief M. Rachman & Herdi Sahrasad).

Berulangnya bencana banjir dan tanah longsor sebenarnya merupakan suatu bukti bahwa manusia telah melakukan kekeliruan besar dalam mengelola sumber daya alam. Pun membuktikan bahwa sehebat apa pun teknologi yang digunakan manusia untuk mengatasinya, bencana banjir dan tanah longsor masih dan akan terus terjadi.

Di wilayah perkotaan, kesalahan pengelolaan sumber daya alam itu sangat kentara terjadi. Pembangunan dilakukan jor-joran dan tidak berspektif ekologis. Pendirian bangunan di kawasan resapan air mengakibatkan air langsung mengalir tanpa tertampung oleh tanah. Menipisnya kawasan hijau akibat pesatnya pembangunan gedung-gedung tinggi sangat berakibat buruk ketika musim penghujan tiba. Lihatlah Jakarta sebagai ibukota negara kita setiap tahun sudah langganan banjir.

Eksploitasi besar-besaran air tanah juga merupakan salah satu kesalahan fatal masyarakat perkotaan dalam hal pengelolaan sumber daya alam. Eksploitasi besar-besaran air tanah tersebut tidak hanya menjadi penyebab terjadinya kelangkaan air bersih, tetapi juga mengakibatkan penurunan permukaan tanah (land subsidence) terhadap permukaan air laut. Jakarta dan Semarang merupakan contoh perkotaan yang posisinya semakin rendah daripada permukaan laut, sehingga kedua kota ini senantiasa dihadapkan pada ancaman bencana banjir (selain banjir rob) pada musim penghujan dan kelangkaan air bersih pada musim kemarau.

Di kota-kota besar lainnya di Indonesia pun banyak yang mengalami hal seperti ini. Pembangunan yang menistakan lingkungan sekitar marak terjadi dan sekan menjadi ‘tuntutan’ wajib bagi identitas sebuah kota. Akibatnya, permukiman kumuh bermunculan dan lahan sungai semakin sempit. Akibat bantaran sungai yang telah beralih fungsi menjadi permukiman kumuh itu, tak ayal ketika musim penghujan tiba sungai sudah tidak mampu lagi menahan debit air yang besar.

Sungai Ciliwung dan Bengawan Solo adalah contoh buruknya pengelolaan bantaran sungai yang telah beralih fungsi tersebut sehingga setiap tahun kedua sungai ini akan meluap dan membanjiri kawasan pemukiman kumuh di kedua sisi sungai. Kesalah kelolaan tersebut juga mengakibatkan rusaknya kondisi aliran sungai, yang meliputi wilayah yang paling hulu sampai ke hilirnya.

Kasus tanah longsor agak berbeda dengan banjir. Tanah longsor terjadi akibat sejumlah massa tanah di atas bidang luncur bergerak ke bawah karena gaya berat atau gravitasi. Longsor dapat juga terjadi karena runtuhnya sejumlah massa tanah dari ketinggian tempat tertentu secara tiba-tiba. Penyebab tanah longsor adalah tidak adanya penahan terhadap massa tanah yang jatuh dari dorongan gaya gravitasi tersebut.

Menurut Munir (2006: 294) tanah longsor akan terjadi disuatu tempat apabila tiga hal berikut ini telah terpenuhi, yaitu:

1)      Adanya lereng yang cukup curam yang memungkinkan suatu volume besar tanah meluncur atau bergerak.

2)      Adanya lapisan di bawah tanah permukaan yang kedap air dan lunak yang akan berfungsi sebagai bidang luncur.

3)      Terdapat cukup air dalam tanah sehingga lapisan tanah yang berada tepat di atas lapisan kedap air itu akan jenuh.

 

Dikutip dari International Journal of Geology

There are three main factors that control the type and rate of mass wasting that might occur at the Earth’s surface: 1) Slope gradient: The steeper the slope of the land, the more likely that mass wasting will occur, 2) Slope consolidation: sediments and fractured or poorly cemented rock and sediments are weak and more prone to mass wasting, 3) Water: if slope materials are saturated with water, they may lose cohesion and flow easly (Rotaru, A., et al, 2007).

 

Pada prinsipnya longsor lahan terjadi bila gaya dorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:

·       erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam

·       lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat

·       gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut

·       gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu

·       getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir

·       berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

D.     Pencegahan Bencana Alam

Secara ilmiah dan kasat mata dapat dinyatakan bahwa bahwa bencana banjir dan tanah longsor terjadi karena ulah manusia. Salah satu penyebab banjir dan tanah longsor  adalah akibat ulah sebagian masyarakat yang secara ‘sadar’ sering membuang sampah sembarangan. Di daerah pedalaman, banyak masyarakat yang menggunduli hutan untuk ditanami tanaman palawija. Hal ini bisa jadi merupakan buah dari kemiskinan masyarakat sekitar hutan dan ketidaktahuan mereka akan bahaya banjir dan tanah longsor yang potensial terjadi. Banjir bandang dan tanah longsor sewaktu-waktu bisa saja terjadi karena akar serabut tanaman palawija tidak mungkin dapat menahan air yang menggemburkan tanah waktu hujan deras.

Ada dua kategori becana alam, yakni alami dan ulah manusia. Yang alami seperti gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung dan bajir. Sedangkan yang karena ulah manusia di antaranya pulusi air, tanah dan udara. Namun faktor pemicu terjadinya kedua kategori bencana alam ini menjadi sulit dibedakan. Sebab, pada akhirnya kontribusi ulah manusia yang eksploitatif terhadap alam dan lingkunganlah yang menjadi penyebab utama bencana banjir, tanah longsor dan pemanasan global.

Beberapa kesalahan pengelolaan di wilayah hulu yang menyebabkan banjir dan longsor dikarenakan rendahnya kapasitas permukaan tanah menyerap air hujan. Semua ini merupakan kontribusi dari:
1. Penggundulan, penebangan pohon, atau pembalakan liar di wilayah hutan;
2. Kesalahan pengelolaan pertanian lahan kering.
3. Tidak ditanaminya daerah kawasan selebar sedikitnya 100 meter kanan-kiri sepanjang sungai (besar) dengan pohon-pohonan sebagai kawasan hijau.
4. Di daerah perbatasan antara wilayah hulu dan hilir, konversi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, industri, infrastruktur jalan, fasilitas umum, dan lain sebagainya yang menyebabkan kapasitas resapan area menjadi jauh berkurang.

Pencegahan dan penanggulangan banjir dan longsor tanah untuk wilayah hulu (atas) karena air luapan sungai utama adalah:

(1) memperbaiki kondisi daerah aliran sungai di wilayah hulunya sebagai daerah resapan air yang efektif agar tidak menghasilkan debit air sungai yang sangat besar ketika periode musim hujan tiba;

 (2) memperbaiki kondisi hutan yang ada di wilayah hulu;

 (3) memperbaiki sistem pertanian lahan kering yang ada di wilayah hulunya;

(4) menjaga dan memelihara kawasan kanan-kiri sungai selebar 100 meter dan tanggul sungai sepanjang sungai utama sebagai kawasan hijau pohon-pohonan

Untuk mengendalikan banjir  dan longsor tanah yang terjadi tipe wilayah hulu agar cepat teratasi jika datang air luapan dari sungai yang melaluinya, perlu:

 (1) memperkuat tanggul-tanggul sungai agar tidak mudah jebol;

 (2) Membuat sistem distribusi pengairan air untuk mengalirkan air banjir tersebut ke daerah lain tanpa menimbulkan perluasan area banjir;

 (3) meningkatkan kapasitas resapan air di wilayah daerah banjir.
Sedangkan kesalahan pengelolaan wilayah hilir yang menyebabkan banjir dan longsor tanah di wilayah hilir (mendekati pantai) adalah;

(1) tidak ditanaminya kawasan selebar sedikitnya 100 meter kanan-kiri sepanjang sungai;

 (2) penyempitan area aliran sungai, daerah kawasan kanan-kiri sungai, dan bahkan bagian dari tanggul sungai dan bantaran sungai yang digunakan sebagai permukiman penduduk;

 (3) sistem pengaturan tata air (perkotaan) lambat mengalirkan air yang berasal dari hulu menuju ke laut;

(4) sistem drainase bagian hilir (perkotaan) yang tidak efektif dan lambat mengalirkan air ke laut, seperti saluran terlalu sempit dan sumbatan sampah;

 (5) kurangnya luasan daerah-daerah resapan air di wilayah perkotaan.

Beberapa prinsip atau upaya utama pencegahan banjir untuk tipe wilayah hilir adalah:

 (1) membangun sistem pengairan yang mampu mengalirkan air hujan yang berkumpul di seluruh wilayah tersebut ke laut secara cepat dan efektif;

 (2) membangun sistem pengairan yang mampu mengalirkan air sungai yang berasal dari wilayah hulu menuju ke laut;

 (3) meningkatkan kapasitas resapan air di seluruh wilayah hilir;

 (4) mengendalikan atau mengurangi volume air sungai yang berasal dari wilayah hulunya dengan cara memperbaiki kondisi daerah aliran sungai wilayah hulunya atau sebagai daerah resapan air yang efektif agar tidak menghasilkan debit sungai yang besar ketika periode musim hujan tiba;

 (5) menjaga dan memelihara kawasan kanan-kiri sungai selebar sedikitnya 100 meter dan tanggul sungai sepanjang sungai utama sebagai kawasan hijau pohon-pohonan.

Sedangkan untuk mengendalikan banjir dan longsor tanah yang terjadi tipe wilayah hilir atau daerah pantai ketika terjadi banjir adalah membangun tanggul-tanggul penahan ombak untuk penahan air pasang atau banjir rob, dan membangun sistem pemompaan air untuk memompa air laut ke laut secara efektif

Pencegahan Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor
        - Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di
            dekat pemukiman.
        - Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun
           permukiman .
        - Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
          dalam tanah melalui retakan
       - Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
       - Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi
       - Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri)
       - Jangan membangun rumah di bawah tebing

Hal – Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana
1. Tanggap Darurat
          Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan  korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
2. Rehabilitasi
           Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
            Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.


....file lama zaman kuliah....

Sunday 12 November 2023

Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara Menanggulangi Banjirrrrrr


Pengertian banjir

Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.

Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi  dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.

Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)

Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.

Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.

  1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
  2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
  3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan kanan  alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.

Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :

  1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
  2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.

 

Macam-macam banjir

Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

Banjir air

Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.

Banjir “Cileunang”

Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).

Banjir bandang

Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.

Banjir rob (laut pasang)

Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.

Banjir lahar dingin

Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.

Banjir lumpur

Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.

 

Penyebab terjadinya banjir

Sungai

  • Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
  • Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.

Sungai-sungai yang membelah Jakarta sudah tidak lagi berfungsi maksimal dalam menampung air. Selain karena pendangkalan dan rumah-rumah penduduk yang menyemut di sepanjang pinggirannya, juga karena sungai-sungai ini penuh dengan sampah. Berbagai jenis sampah dapat ditemukan di badan sungai. Di beberapa tempat, tumpukan sampah itu begitu banyak sehingga menjadi sebuah daratan yang dapat diinjak manusia.

Muara

Pantai

Peristiwa Alam

  • Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Manusia

  • Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak merusak keseimbangan alam

Lumpur

  • Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.

Lainnya

  • Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
  • Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
  • Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

Dampak yang ditimbulkan oleh banjir

Primer

Sekunder

  • Persediaan airKontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
  • Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
  • Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
  • Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
  • Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.

Dampak tersier/jangka panjang

  • Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan;  biaya pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.

Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).

 

Penanggulangan banjir

Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan Jakarta dan kota lain di Indonesia dari banjir besar.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan itu antara lain:

·         Membuang lubang-lubang serapan air

·         Memperbanyak ruang terbuka hijau

·         Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa

Meninggikan bangunan rumah memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir, manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.

Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.

...file lama zaman kuliah...

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH