TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Tuesday, 22 November 2022

KAMPUNG SATIRUK LAUT TEMPAT Q BERKELANA

kampung satiruk laut, view dr atas gedung walet

Desa Satiruk adalah salah satu desa di Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah, yang terletak ± 50 Kilometer dari Ibukota Kecamatan. Dan merupakan desa terluar sekaligus paling ujung selatan dari wilayah kecamatan Pulau Hanaut.

Berdasarkan Letak Geografis Desa Satiruk berada pada titik koordinat 53°02.467’, E113°06.501’, dan secara administratif merupakan salah satu dari 14 (empat belas) desa yang berada dalam wilayah kerja Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur. Desa Satiruk terletak tepat di muara Sungai Mentaya yang berhadapan langsung dengan perairan teluk Sampit dan Laut Jawa.

 

pantai satiruk tepat dibelakang sekolah, sesekali dimanfaatkan oleh guru untuk mapel penjaskes

 

Desa Satiruk hanya dapat dijangkau dengan dua moda transportasi, yaitu kendaraan roda dua dan menggunakan perahu klotok menyusuri Sungai Mentaya.

Kendaraan roda dua harus melalui jalan kecamatan, jika kita dari daerah seberang (sampit/samuda) bisa memilih 2 buah pelabuhan penyebrangan motor alternatif; pilihan pertama menyebrangi sungai mentaya di daerah samuda ke bapinang (ibukota kecamatan pulau hanaut) yang jarak dgn satiruk kurang lebih 40 km atau bisa memilih alternatif kedua yaitu menyebrang di pelabuhan Palingkau ke Handil Pala (Desa Babirah) yang jaraknya dgn Satiruk kurang lebih 24 km.. Sepanjang perjalanan (daerah pulau hanaut), disamping melewati beberapa perkampungan/desa, yang lebih banyak dilewati yaitu menembus perkebunan kelapa warga, hutan nipah dan kawasan hutan mangrove sebelum mencapai wilayah Satiruk Laut. Kondisi jalan tidak terlalu bagus 😀😁 berupa semenisasi selebar 2 m sampai 4 m, sebagian kecil masih hamparan tanah polos (terutama di wilayah satiruk darat), ketika musim hujan cukup sulit untuk dilalui karena licin, dan juga banyak jembatannya 😀😁.. klik video dibawah;

 



satriuk darat, mayoritas masyarakatnya petani dan pekebun, terutama perkebunan kelapa



beberapa meter sebelum memasuki wilayah pemukiman satiruk laut, mata anda akan dimanjakan oleh himpunan pohon nipah dan mangrove sepanjang jalan

Sementara itu, perahu klotok yang umumnya dapat memuat 10-20 orang dapat digunakan berdasarkan sistem sewa.  Jasa sewa kapal klotok dihargai sekitar Rp. 500.000 per perjalanan atau Rp. 1.000.000 pulang pergi.

Upaya untuk membuka trayek perahu klotok yang rutin melayani Satiruk - Samuda Kota sejatinya pernah dicoba. Namun demikian, layanan tersebut kurang laku karena masyarakat lebih memilih menumpang kepada perahu milik warga setempat yang hendak ke Samuda Kota. Umumnya, setiap hari terdapat kapal milik warga yang melaju menuju Samuda. Namun demikian, perjalanan tersebut dilakukan untuk memenuhi hajat tertentu dan bukan untuk komersil. Sampai saat ini, tidak tersedia transportasi umum yang secara rutin melayani penumpang dari dan menuju ke desa satiruk.

 

aktifitas warga mencari lokan (kerang) di pantai satiruk

 


Sejarah kelahiran Desa Satiruk belum bisa diketahui secara lengkap karena tidak adanya bukti-bukti tertulis yang menerangkan tentang asal usul atau sejarah dari Desa Satiruk. Namun dapat sedikit dijelaskan bahwa sekalipun baru ditetapkan sebagai desa definitif pada tahun 1992, sejarah Desa Satiruk sejatinya telah dimulai sejak ratusan tahun silam. Nenek moyang masyarakat Desa Satiruk berasal dari wilayah Tenggara pulau Kalimantan (kini Kalimantan Selatan), yang memutuskan untuk berlayar untuk mencari tanah-tanah baru. Pelayaran tersebut kemudian berujung di muara Sungai Mentaya. Kelompok pelayar itu memutuskan untuk membuka lahan di salah satu tepian sungai tersebut, yang notabene berbatasan langsung dengan perairan teluk Sampit. Dengan membabat mangrove, maka cikal bakal Satiruk mulai terbentuk. Dapat dikatakan, Satiruk merupakan salah satu kampung masyarakat Banjar di pesisir Kalimantan Tengah yang paling permulaan. 

pantai satiruk panjangnya ± 22 km

Salah satu pendahulu tersebut adalah Dato Ager. Setelah wafatnya, ia diberkahi karomah berupa nisannya (nisan kayu) yang tidak terbakar api di saat nisan-nisan kuburan lain serta lahan sekitarnya terbakar habis ketika terjadi kebakaran hutan di wilayah satiruk. 

Secara kultural, kelompok masyarakat Satiruk sejatinya tidak hanya hidup di wilayah kabupaten Kotawaringin Timur. Masyarakat Satiruk juga masih berkerabat dengan penduduk di teluk Piai. Namun atas dasar pembagian dan otonomi daerah di Kalimantan Tengah, maka kelompok masyarakat yang saling berkerabat ini kini terpisah ke dalam dua Kabupaten yang berbeda. Wilayah Satiruk masuk ke dalam administrasi Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur. Sementara itu, kawasan teluk Piai masuk ke kawasan Kabupaten Katingan. 

Hingga tahun 1980-an, Desa Satiruk merupakan sebuah dusun yang menjadi bagian dari desa Bapinang Hilir Laut (Kelampan). Inisiatif pemekaran Desa Satiruk dimulai pada tahun 1989. Pada tahun 1992, Desa Satiruk kemudian ditetapkan sebagai desa definitif hingga saat ini. 

suasana depan sekolah SD & SMP di Satiruk Laut

 
mantan halaman rumah sebelum kutub utara dan selatan mencair 😀

 video menjelang senja depan rumah di satiruk:



 Source:  

*Profil Desa Peduli Gambut Desa Satiruk... dengan sedikit Penyesuaian

*Dokumentasi Pribadi

No comments:

Post a Comment

Tulis komentar Anda disini

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH