Source: fb Dalam Sujudku
TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH
Wednesday, 22 September 2021
Anjuran Melakukan Shalat Witir, Penjelasan Bahwa Hukumnya Sunnah Muakkadah, dan Penjelasan Waktunya
عَنْ عَلِيٍّ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : الوِتْرُ لَيْسَ بِحَتْمٍ كَصَلاَةِ المَكْتُوبَةِ ، وَلَكِنْ سَنَّ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( إِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الوِتْرَ ، فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ القُرْآنِ )) رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ)) .
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Shalat witir tidaklah seperti shalat wajib. Namun demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyunnahkannya. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah itu witir dan mencintai yang witir, maka lakukanlah witir, wahai Ahli Al-Qur’an.’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan). [HR. Abu Daud, no. 1416; Tirmidzi, no. 453; Ahmad, 1:143. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini kuat. Syaikh Al-Albani dalam takhrij Misykah Al-Mashabih mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan, hadits ini memiliki berbagai syawahid atau penguat).
Faedah Hadits
Shalat witir bukanlah wajib. Sebagian ulama menyatakan shalat witir itu wajib karena cuma berdalil dengan alasan perintah dalam hadits. Hadits yang disebutkan kali ini sudah tegas menyatakan bahwa shalat witir tidaklah wajib.
Hadits ini dijadikan dalil untuk anjuran qiyamul lail secara mutlak.
Hadits ini mengkhususkan shalat malam itu untuk ahli quran.
Pengertian Shalat Witir
Witir secara bahasa berarti ganjil. Hal ini sebagaimana dapat kita lihat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ
“Sesungguhnya Allah itu witir (tunggal) dan menyukai yang witrr (ganjil).” (HR. Bukhari, no. 6410 dan Muslim, no. 2677)
Sedangkan yang dimaksud witir pada shalat witir adalah shalat yang dikerjakan antara shalat Isya’ dan terbitnya fajar (masuknya waktu Shubuh), dan shalat ini adalah penutup shalat malam. Disebut witir karena dikerjakan dengan rakaat yang ganjil, bisa dengan satu, tiga, atau bilangan ganjil lainnya, dan tidak boleh mengerjakannya dengan jumlah rakaat genap.
Mengenai shalat witir apakah bagian dari shalat qiyamul lail (tahajud) atau tidak, para ulama berselisih pendapat. Imam Nawawi sendiri berkata bahwa yang benar adalah witir itu termasuk shalat malam atau shalat tahajud, sebagaimana tegas pula di kitab Al-Umm Imam Syafi’i. Namun sebagian ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa shalat witir itu bukanlah tahajud.
Hukum Shalat Witir
Menurut mayoritas ulama, hukum shalat witir adalah sunnah muakkad (sunnah yang amat dianjurkan), tidak sampai wajib.
Menurut ulama Syafi’iyah dan Hambali, shalat witir itu wajib khusus bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadi kekhususan beliau.
Waktu Pelaksanaan Shalat Witir
Menurut ulama Hambali dan pendapat yang mu’tamad dalam madzhab Syafi’i, shalat witir dimulai setelah shalat Isya. Dan waktunya berakhir adalah ketika terbit fajar kedua.
Dalilnya adalah dari Abu Bashrah Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ زَادَكُمْ صَلاَةً وَهِىَ الْوِتْرُ فَصَلُّوهَا فِيمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Allah telah menambahkan bagi kalian shalat yaitu shalat witir. Kerjakanlah shalat witir antara shalat Isya dan shalat Shubuh.” (HR. Ahmad, 6:7. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Ibnu ‘Umar menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ditanya tentang bagaimanakah cara shalat malam, beliau menjawab,
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
“Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu shubuh, hendaklah ia shalat satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749)
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
مَنْ صَلَّى بِاللَّيْلِ فَلْيَجْعَلْ آخِرَ صَلاَتِهِ وِتْراً فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِذَلِكَ فَإِذَا كَانَ الْفَجْرُ فَقَدْ ذَهَبَتْ كُلُّ صَلاَةِ اللَّيْلِ وَالْوِتْرُ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَوْتِرُوا قَبْلَ الْفَجْرِ »
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam, maka jadikanlah akhir shalat malamnya adalah witir karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal itu. Dan jika fajar tiba, seluruh shalat malam dan shalat witir berakhir, karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Shalat witirlah kalian sebelum fajar.'” (HR. Ahmad, 2:149. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ulama Syafi’iyah dan Hambali menyatakan bahwa seandainya ada yang menjamak shalat Maghrib dan shalat Isya’ dengan jamak taqdim (berarti kedua shalat tersebut dikerjakan pada waktu Maghrib, pen.), maka waktu witir dimulai setelah shalat Isya.
Shalat Witir Bisa pada Awal Malam, Bisa pada Akhir Malam
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
مِنْ كُلِّ اللَّيْلِ قَدْ أَوْتَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ وَأَوْسَطِهِ وَآخِرِهِ فَانْتَهَى وِتْرُهُ إِلَى السَّحَرِ.
“Kadang-kadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan witir di awal malam, pertengahannya, dan akhir malam. Sedangkan kebiasaan akhir beliau adalah beliau mengakhirkan witir hingga tiba waktu sahur.” (HR. Muslim, no. 745)
Disunnahkan–berdasarkan kesepakatan para ulama–shalat witir itu dijadikan akhir dari shalat malam. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً
“Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari, no. 998 dan Muslim, no. 751)
Yang disebutkan di atas adalah keadaan ketika seseorang yakin (kuat) bangun di akhir malam. Namun jika ia khawatir tidak dapat bangun malam, maka hendaklah ia mengerjakan shalat witir sebelum tidur. Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّكُمْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ ثُمَّ لْيَرْقُدْ وَمَنْ وَثِقَ بِقِيَامٍ مِنَ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ آخِرِهِ فَإِنَّ قِرَاءَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَحْضُورَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ
“Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri (oleh para Malaikat) dan hal itu adalah lebih utama.” (HR. Muslim no. 755)
Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لأَبِى بَكْرٍ « مَتَى تُوتِرُ » قَالَ أُوتِرُ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ. وَقَالَ لِعُمَرَ « مَتَى تُوتِرُ ». قَالَ آخِرَ اللَّيْلِ. فَقَالَ لأَبِى بَكْرٍ « أَخَذَ هَذَا بِالْحَزْمِ ». وَقَالَ لِعُمَرَ « أَخَذَ هَذَا بِالْقُوَّةِ».
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakar, ‘Kapankah kamu melaksanakan witir?’ Abu Bakr menjawab, ‘Saya melakukan witir di permulaan malam.’ Dan beliau bertanya kepada Umar, ‘Kapankah kamu melaksanakan witir?’ Umar menjawab, ‘Saya melakukan witir pada akhir malam.’ Kemudian beliau berkata kepada Abu Bakar, ‘Orang ini melakukan dengan penuh kehati-hatian.’ Dan kepada Umar beliau mengatakan, ‘Sedangkan orang ini begitu kuat.’” (HR. Abu Daud, no. 1434 dan Ahmad, 3:309. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Source: https://rumaysho.com/19224-shalat-sunnah-witir-01.html
Anjuran Menutup Bejana Makanan dan Minuman di Malam Hari
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ...
Anjuran Menutup Benjana Makanan dan Minuman di Malam Hari
Diantara bentuk Sunnah yang indah dan adab-adab yang diajarkan Nabi ﷺ adalah menutup wadah makanan atau minuman...
Namun kebanyakan dari kita lalai akan hal ini. Misalnya ketika ingin tidur lalu meletakkan segelas air di samping kita untuk di minum bilamana kita terbangun dimalam hari...
Lantas apa masalahnya?
Masalahnya adalah bahwa kita membiarkan makanan atau minuman itu terbuka begitu saja dan Nabi ﷺ memperingatkan kita agar tidak membiarkan wadah air atau makanan dibiarkan dalam keadaan terbuka dan kita diperintahkan untuk menutupinya di malam hari meskipun hanya ditutup dengan sepotong ranting...
Semua itu semata-mata diperintahkan bukan tanpa alasan...
Alasannya karena di waktu malam kita tidak tahu pasti hal apa yang akan terjadi dan apa yang memasuki setiap panci, minyak, makanan terbuka, minuman ataupun lainnya di waktu tidur...
Entah itu serangga, Najis atau benda-benda menjijikan lainnya yang mengenai makanan dan minuman kita...
Menghindari bala’/penyakit, yang Allah turunkan pada salahsatu malam dalam satu tahun
Dan karena Setan sangat ingin merusak makanan dan minuman manusia ...
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
غَطُّوا الإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، فَإنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ، لاَ يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ، أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ، إِلاَّ نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذلِكَ الْوَبَاءِ
“Tutuplah bejana-bejana dan wadah-wadah air. Karena ada satu malam dalam satu tahun waba’/penyakit turun di pada malam itu. Tidaklah penyakit itu melewati bejana yang tidak tertutup, atau wadah air yang tidak ada tutupnya melainkan penyakit tersebut akan masuk ke dalamnya. (HR Muslim)
Dalam hadits lain dinyatakan;
غَطُّوا الْإِنَاءَ وَأَوْكُوا السِّقَاءَ وَأَغْلِقُوا الْبَابَ وَأَطْفِئُوا السِّرَاجَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَحُلُّ سِقَاءً وَلَا يَفْتَحُ بَابًا وَلَا يَكْشِفُ إِنَاءً فَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلَّا أَنْ يَعْرُضَ عَلَى إِنَائِهِ عُودًا وَيَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ فَلْيَفْعَلْ
“Tutuplah bejana-bejana dan tempat-tempat minuman, tutup pintu-pintu, dan matikanlah lampu, karena setan tidak dapat membuka tutup tempat minum, pintu, dan bejana. Jika kalian tidak dapat menutupnya kecuali dengan membentangkan sepotong ranting di atasnya dan menyebut nama Allah (bismillah), maka lakukanlah. (HR. Muslim).
Tidakkah kita perhatikan makanan atau minuman dihinggapi serangga entah itu nyamuk, lalat ataupun lainnya...?
Tidakkah kita perhatikan perubahan rasa air dan makanan yang wadahnya terbuka di malam hari ... ?
Tidakkah kita memperhatikan berapa banyak orang yang tiba-tiba sakit atau meninggal dan belum diketahui penyebab penyakit mereka karena lalai dari hal yang di anggap biasa atau sepele ini ... ?
Mulai sekarang, mari kita menerapkan sunnah nabi ﷺ yang besar ini untuk keselamatan kita semua...
Semoga selalu sehat...
#nurkhairunnisadamanik
Subscribe to:
Posts (Atom)