TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Friday, 7 November 2014

TROTOAR


trotoar
trotoar
sungguh malang nasibmu
hilang sudah fungsi aslimu

para pejalan kaki
sungguh tak nyaman lagi berjalan kaki
tak merasa aman lagi berjalan kaki

pengendara-pengendara
rakusnya bukan main
dengan tunggangannya
seenaknya lalu lalang
di trotoar-trotoar ibu kota
di tempat para pejalan kaki

alasannya karena macet lah
karena inilah
karena itulah
entah dimana kesadaran mereka

trotoar
trotoar
sungguh malang nasibmu
sungguh malang nasibmu
lebih lebih lagi
para pejalan kaki


By .alf  (M. AL. FURQAN)

#Mkssr,  2014 06 November

Monday, 27 October 2014

PURA-PURA

 
ketika pohon-pohon nan hijau bertumbangan
ditebang 
gunung-gunung diratakan,
juga digali dalam-dalam
sawah-sawah ditimbun
hutan-hutan digunduli

udara memanas
tanah semakin gersang
sungai pun kering kerontang
keadaan alam jadi taruhan

yang ada di alam
tumbuhan mati kebingunan
hewan mati kebingungan
manusia mati kebingungan

sementara
sebagian manusia lagi
individu dan golongan
demi kepentingan 
pura-pura ikut kebingungan

pepohonan
gunung-gunung
sawah-sawah
hutan-hutan
biarkan mereka pada fungsinya
jangan di alih fungsikan
demi kepentingan 
individu dan golongan

alam ini
adalah paru-paru bagi dunia
sudah seharusnya kita jaga
lestarikan
bukan di hancurkan
atas nama kepentingan

  Makassar 27 0ktober 2014
Karya .Alf. /  M. Al. Furqan 


Tuesday, 15 October 2013

DORO CUMPU (Rato Waro Bewi dan Orang Wera)


Mulai dari mana yah 
nulisnya,,

 bingung!!

 Hmmm

"DORO CUMPU"

doro cumpu ituuuuu bahasa bima,
doro cumpu ituuuuu menunjukkan suatu tempat barangkali
doro cumpu ituuuuu lebih tepatnya sih sebuah nama
doro cumpu ituuuuu ......................
jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia sih begini jadinya; 
doro = gunung
 cumpu = habis
jadi, "gunung habis" ???
  ...$^*%@^@*$^!$^*!!%(P%P*^@!Y*R!$%
#:"!, $*;?!?-,!,:,-@&*:?-,:*#

 ok,
sederhananya sih gini barangkali: doro cumpu itu bisa dibilang nama gunung dalam bahasa bima, gunung tersebut secara geografis adanya di kabupaten BIMA - provinsi NTB, lebih tepatnya di kecamatan WERA, dan lebih tepatnya lagi terletak di dusun tongga desa bala
tetanggannya desa nunggi 😁😁

Doro cumpu, adalah sebuah pegunungan yang masih sangat di jaga kelestariannya oleh masyarakat setempat (wera) disaat gunung-gunung lain di wera telah gundul akibat penebangan liar dan sebagainya...

Doro cumpu, memiliki ketinggian kira-kira 1000 meter dari permukaan tanah.

Doro Cumpu, terdapat berbagai macam pohon besar nan rindang yang menghiasinya.

Doro Cumpu, berbagai macam pohon yang tidak familiar dapat kita temukan di sana.

Doro Cumpu, oleh beberapa orang menyebutnya sebagai gunung yang suasanya angker.
 
Doro Cumpu, terdapat mata air yang tak pernah mengering.

Doro cumpu, sebagian besar dikelilingi oleh sawah-sawah penduduk, 
masyarakat Wera memang mayoritas bekerja dibidang pertanian, yang paling dominan adalah petani padi, kacang, bawang merah, jagung dll.
kesegaran air pegunungan doro cumpu; sangat nikmat diteguk pas lagi panas2nya terik  matahari ketika rombe fare (sabit padi)



Di kaki gunung Doro Cumpu terdapat mata air yang tetap aktif mengeluarkan air jenih nan sejuk walaupun disaat musim kemarau, dan air tersebut menjadi sumber utama untuk dikonsumsi para petani baik itu untuk di minum, memasak, buat mandi, menyuci, sebagai air wudhu, dll ketika mereka bercocok tanam maupun ketika saat memanen.

Doro Cumpu, erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Bima.

Doro Cumpu, bagian dari Rato Waro Bewi.
 
doro cumpu; view dari tolo/sawah ndoa
 

kok dinamain doro cumpu yah?
menurut hemat saya 
seingat saya pada saat saya masih duduk di bangku SD dulu (SDN Inpres Nunggi 4 tepatnya) sedikit mempelajari tentang sejarah daerah Bima yang pada saat itu terdapat  di mata pelajaran MULOK,
Seingat saya singkat ceritanya begini:
"Pada masa kerajaan Bima saat itu (sekitar tahun 1618-1619 M)
Kerajaan Bima dipimpin oleh RAJA RUMATA MANURU SALISI, dan di masa Kerajaan SALISI ini Agama Islam mulai masuk ke Bima dengan perkembangan sangat cepat,
yaitu dengan di tandainya masuk Islamnya masyarakat Bima secara besar-besaran..

Salah satu tokoh yang berpengaruh atas berkembangnya agama Islam di Bima pada saat itu ialah berkat Jena Teke ABDUL KAHIR..
Jena Teke ABDUL KAHIR sebelumnya memeluk agama Islam di Sulawesi Selatan, setelah beberapa bulan memeluk dan belajar agama Islam di Sulawesi Selatan lalu ia kemudian kembali ke Bima bersama pengikutnya dan beberapa muballigh dari Sulawesi Selatan untuk mensyiarkan ajaran Islam di tanah Bima.
Sehingga membuat Agama Islam begitu berkembang pesat di Bima
Banyak masyarakat Bima berbondong-bondong masuk dan memeluk Agama Islam pada masa itu.

Hal tersebut tentunya membuat Raja SALISI  pada saat itu begitu geram (emosi) dan tidak suka dengan kembalinya Jena Teke ABDUL KAHIR,
karena banyak rakyatnya yang terpengaruh untuk masuk dan memeluk agama Islam.

Pada masa itu Islam semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat Bima, masyarakat menyambut gembira ajakan Jena Teke ABDUL KAHIR dan para muballig untuk memeluk Islam.
Sehingga membuat Raja SALISI semakin berang,
oleh karena itu maka Raja SALISI bersama dengan prajuritnya mengejar dan ingin membunuh Jena Teke ABDUL KAHIR yang pada saat itu sedang  berada di dusun Kalodu mensyiarkan agama Islam.
Namun kabar pengejaran ini diketahui oleh seorang pengikutnya sehingga Jena Teke ABDUL KAHIR  dan beberapa orang pengikutnya lebih dulu pergi meninggalkan dusun kalodu sebelum Raja SALISI dan prajuritnya samapai di dusun itu.
Proses pengejaran itu mulai dari Kalodu, Sape hingga ke Wera.
Untungnya kabar pengejaran ini sebelumnya diketahui juga oleh orang dalam kerajaan yaitu RATO WARO BEWI, 
Yang kemudian ingin menyelamatkan Jena Teke ABDUL KAHIR

maka RATO WARO BEWI dan beberapa orang/prajurit kerajaan yang pro dengan Jena Teke Abdul Kahir karena ajaran islam yg dibawanya
mempunyai siasat utk menghadang Raja SALISI dan prajuritnya di Dana Wera (tepatnya disebuah gunung).
Hingga mencapai puncaknya yaitu pertempuran di sebuah gunung yang ada di Wera bagian selatan.
Di gunung itulah pertempuran sengit terjadi antara RATO WARO BEWI  beserta pengikutnya yg sedikit jumlahnya berhadapan dengan Raja SALISI dan para prajuritnya.
Berkat pertempuran ini sehingga Raja SALISI tidak mendapatkan target utamanya Jena Teke ABDUL KAHIR.
sehingga Jena Teke ABDUL KAHIR dan beberapa orang pengikutnya berhasil meloloskan diri dari pengejaran Raja SALISI..
Kemudian dengan dibantu oleh orang-orang Wera di bawah kepemimpinan La Buri (La Mburi)
melakukan penyelamatan/perjalanan dengan membawa Jena Teke ABDUL KAHIR ke Wera bagian utara/ujung utaranya Wera (sangiang). Hingga menyebrangi laut menggunakan perahu menuju pulau sangiang demi keamanan sang Jena Teke ABDUL KAHIR.  

Sementara itu di Wera bagian selatan (disebuah gunung), pertempuran antara prajurit yang dipimpin oleh RATO WARO BEWI berhadapan dengan Raja SALISI dan prajuritnya tetap berlangsung.
karena jumlah prajurit yang tidak sebanding dengan yang dimiliki Raja SALISI, hingga akhirnya RATO WARO BEWI beserta prajurit yang di pimpinnya pun gugur di medan tempur (gunung) tersebut.
Dari pertempuran ini, akhirnya Raja SALISI dengan beberapa prajuritnya yang masih tersisa, kehilangan jejak Jena Teke ABDUL KAHIR yang mereka kejar.

Kemudian di hari berikutnya, dari pulau sangiang Jena Teke ABDUL KAHIR akhirnya menuju Gowa (Sul-Sel) dijemput perahu-perahu dari Sulawesi Selatan.
Sekian cerita singkat seIngat Saya yang saya dapatkan dari pelajaran MULOK waktu SD dulu.
*nama buku tsb udh lupa! 

Jadi,
Kenapa dinamakan gunung tersebut dengan doro cumpu???
Begini barangkali analisa sederhananya:
Rato Waro Bewi dengan beberapa prajurit yang ia pimpin berjuang hingga titik darah penghabisan melawan Raja Salisi dan prajuritnya di gunung itu untuk menyelamatkan Jena Teke Abdul Kahir.
Hingga akhirnya Rato Waro Bewi dan beberapa pengikutnya gugur dan menghembuskan nafas terakhirnya di gunung itu.
__Untuk mendapatkan jawaban yang tepat maka perlu translate mentranslate kata nih,  
DORO CUMPU (bahasa bima), jika di artikan ke Bahasa Indonesia maka:
Doro = Gunung
Cumpu = Habis
^^^Doro artinya Gunung:
Merupakan tempat dimana terjadinya pertempuran antara Rato Waro Bewi dengan Raja Salisi beserta pemgikut dan prajurit mereka masing-masing.
Menunjukkan tempat
Menunjukkan gunung itu sendiri
^^^Cumpu artinya Habis:
Secara luas mengartikan selesai, berakhir, terakhir, tak ada lagi, tamat, meninggal, dll
Menunjukkan akhir dari perjuangan Rato Waro Bewi dan pengikutnya.
Menunjukkan gugurnya Rato Waro Bewi dan pengikut yang ia pimpin
Cumpu = Habis, secara bahasa kasarnya uraiannya seperti ini:
1.      yaitu habisnya atau selesainya/berakhirnya perjuangan Rato Waro Bewi, dkk
2.      yaitu habisnya nyawa (meninggalnya) Rato Waro Bewi dan para pengikutnya.
Sehingga dari uraian mengenai Doro dan Cumpu di atas maka kesimpulannya seperti ini barangkali:
Kenapa dinamakan GUNUNG itu dengan DORO CUMPU? 
Karena di gunung itu habisnya atau selesainya/berakhirnya perjuangan Rato Waro Bewi dan para pengikutnya
Karena di gunung itu habisnya nyawa (meninggalnya) Rato Waro Bewi dan para pengikutnya.
Sehingga 
“DORO = GUNUNG 
dan 
CUMPU = HABIS” 
menunjukkan tempat dimana disitu/ digunung itu/ ditempat itu Rato Waro Bewi dan para pengikutnya menghembuskan nafas terakhirnya (meninggal), yang dalam Bahasa Bima meninggal/habisnya nyawa disebut dengan CUMPU NAWA NA.. (Cumpu = habis, Nawa = Nyawa, Na = kata ganti orang)

Jadi,
Doro Cumpu adalah sebuah gunung
Yang dari namanya
maka
Menunjukkkan atau memberikan gambaran sejarah
Bahwa:
Di gunung itu
Berakhirnya perjuangan Rato Waro Bewi dan para pengikutnya melawan Raja Salisi beserta prajuritnya.
Di gunung itu
Tempat Rato Waro Bewi dan para pengikutnya menghembuskan nafas terakhirnya (cumpu kai nawa na)
Demi menyelamatkan Jena Teke Abdul Kahir.

Doro cumpu adalah sebuah gunung
Yang dari namanya
maka
Menunjukkkan atau memberikan salah satu gambaran sejarah
Kerajaan Bima

-Makassar 2013
Writer: M. Al. Furqan

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH