TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Monday, 14 October 2013

Sarung Tenun Khas Bima (Tembe Nggoli Mbojo)


Tembe Nggoli adalah sarung tenun tangan khas Bima-NTB, dibuat dari benang kapas (katun), dengan warna-warni yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. pembuatannya sangat-sangat tradisional. ..
Keistimewaanya Tembe Nggoli antara lain 
hangat, 
halus dan lembut,
tidak mudah kusut, 
warna cemerlang lebih lama.

Saat ini, Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam corak dan motif. Ada yang ‘biasa’ (untuk dipakai sehari-hari), dan ada pula yang istimewa yang hanya dipakai pada acara-acara resmi.

memakai tembe nggoli pada saat kkn di balang beru, jeneponto

Bagi orang Bima, memakai sarung lazim dilakukan baik oleh kaum pria maupun wanita. 
Wanita Bima memakai sarung sebagai ‘bawahan’, bahkan masih ada yang menggunakan dua buah sarung, yang disebut “rimpu”. 
Rimpu adalah cara wanita Bima menutup aurat  dengan dua buah sarung/tembe nggoli, 1 sarung utk menutup aurat bagian atas (kepala hingga pinggang) dan 1 sarung lainnya lagi buat menutup aurat bagian bawah (pinggang hingga kali). sehingga yang kelihatan hanya mata atau wajahnya saja. 
Rimpu yg hanya kelihatan muka disenut "rimpu colu".
Rimpu yang hanya kelihatan mata disebut “rimpu mpida”.

Cara memakai sarung antara pria dan wanita berbeda. 
Bagi kaum pria, sarung dipakai seperti layaknya kaum pria di Indonesia lainnya, yaitu digulung ketat pada perut/pinggang, yang disebut “katente”. 
Bagi kaum wanita, sarung tidak digulung melainkan dilipat dan diselipkan (dijepit agar tidak terlepas), yang disebut “sanggentu”. Selain itu perbedaan juga terletak pada posisi “bali” (yaitu bagian sarung yang diberi warna/motif berbeda, biasanya ditaruh pada bagian belakang ketika dipakai). 
Bagi kaum pria, ‘bali’ diletakkan agak ke kanan, sedangkan bagi kaum wanita ‘bali’ diletakkan agak ke kiri. Pemahaman tentang letak ‘bali’ ini menunjukkan tingkat pengetahuan pemakai sarung, atau menunjukkan ketelitiannya dalam berpakaian.
Masyarakat Bima juga menggunakan sarung sebagai selimut ketika tidur. Masyarakat bima yg diperkampungan bahkan tidak pernah atau tidak suka menggunakan selimut yang biasa ada di toko2, tetapi lebih nyaman menggunakan tembe nggolinya. karena terasa lembut dan hangattt...

Referensi:
*www.bimacenter.com
*dok pribadi 

by: M. Al. Furqan


Wednesday, 9 October 2013

PANGGILAN SUCI


Sebelum sinar mentari menerangi bagian bumi ini
Sebelum dedaunan tertegun layu karena tersinari
Aku menemuimu meski menggigil tubuhku
Aku menemuimu meski mataku tetap ingin terpejam lesu
Aku menemuimu meski begitu

Sebab ada ketentraman  pada embun-embun subuh yang sunyi
Sebab ada kehidupan mulia pada sekuntum waktu sebelum pagi
Sebab ada panggilan tertinggi nan islami
Panggilan suci menggetarkankan nurani
Bukti cinta pada ilahi rabbi

Makassar. Rabu, 09 Oct 2013
Karya: M. Al. Furqan

Saturday, 28 September 2013

ANGIN LAUT SULAWESI


disini
berdiri pada kesejukan embun pagi
nada-nada ombak mengalun menemani
udara laut dingin menusuk menyelimuti
disana
himpunan awan melukis matahari 
memaksa sunrise seakan bersembunyi
tak berdaya menampakkan diri
disini
sementara gigil gelombang
menghanyutkan pandangan
memandang alam yang permai
sejuk kurasa saat ini
bediri pada kesejukan embun pagi
disekutum waktu sunrise yang perlahan pergi
surut pada awan-awan yang mengeliminasi

sejuk kurasa saat ini

disini

menikmati 

angin laut sulawesi



By: .Alf *m. al. furqan
Ujung Lero. Pinrang. 2013.
Saat praktik lapangan mata kuliah "Fisika Lingkungan" di ujung lero. pinrang. sul-sel. 


ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH