TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Saturday, 12 January 2013

Metode Pembelajaran Fisika Gasing (Gampang, Asyik dan menyenangkan)


Fisika merupakan salah satu pelajaran yang menjadi momok bagi siswa. Ketika siswa mengetahui ada pelajaran Fisika, maka siswa sudah takut dan jadi tidak senang  terhadap pelajaran tersebut. Bayangan siswa, Fisika selalu identik dengan rumus- rumus dan angka-angka yang membuat pusing tujuh keliling. Dengan kondisi seperti ini maka ketika guru masuk ke dalam kelas siswa sudah tidak bersemangat, bahkan sudah merasa tidak bisa. Ini adalah tugas berat guru untuk membuat siswa senang dan dapat menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran fisika dengan senang, tidak terbebani, dan merasakan bahwa fisika itu mudah.
Dan salah satu solusinya untuk mengatasi peroblem seperti itu adalah menerapkan proses pembelajaran kepada peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran fisika gasing..
Fisika Gasing (gampang, asyik dan menyenangkan) merupakan metode pembelajaran fisika yang dikembangkan oleh Prof. Yohanes Surya. Metode ini menggunakan logika untuk menyelesaikan soal-soal fisika. Soal fisika yang kelihatannya sulit dapat dikerjakan dengan gampang, asyik dan menyenangkan.

Beberapa soal yang dipecahkan di bawah ini  menggunaan metode ini.

Contoh soal:
1.    Motor melaju dengan kecepatan 15 m/s. Jika jarak tempuhnya 30 m, berapakah waktunya?
Penyelesaian :
Menggunakan Rumus
t = s/v = 30/15 = 2 sekon
Metode Fisika Gasing
kecepatan 15 m/s artinya dalam 1 sekon menempuh jarak 15 meter
jika 30 meter, berapakah waktunya? tentu jawabanya 2 sekon

2.  Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Kemudian dipercepat, sehingga dalam 5 detik kecepatannya menjadi 30 m/s. Berapakah percepatan dan jarak yang ditempuh?
Penyelesaian:
Menggunakan rumus
·         Diketahui:  v0 = 10 m/s     v  =  30 m/s     t  = 5 detik
·         Ditanya: a (percepatan) dan s (jarak )
·         Jawab: Untuk menyelesaikan soal tersebut kita harus tahu dulu bahwa v = v0 + a.t
·         Sehingga  a = ( v – v0 )/t = ( 30 – 10 )/5 = 20/5 = 4 m/s2
·         Jarak  s = v0. t + ½ a.t2  = 10 . 5 + ½. 4. 52 = 50  + 50 = 100 m
Metode Fisika Gasing
·         Mula-mula kecepatan 10 m/s, menjadi 30 m/s, dalam 5 detik.
·         5 detik bertambah ( 30-10 = 20 m/s)
·         Berarti kalau 1 detik  kecepatannya bertambah 20/5 = 4 m/s
·         Maka percepatannya a = 4 m/s2
·         Untuk menghitung jarak tempuh:   S = (10 x 5 + 30 x 5 )/2 S = ( 50 + 150 )/2 = 200/2 = 100 m.
Keterangan: jarak dihitung dengan cara kecepatan awal dikalikan waktu, ditambah kecepatan akhir dikalikan waktunya dibagi dua.

3.      Motor dari keadaan diam dipercepat dengan percepatan 2 m/s, sehingga kecepatannya menjadi 12 m/s. Berapakah waktu yang diperlukan, dan berapak jarak yang ditempuh?
Penyelesaian:
Menggunakan rumus:
·         Diketahui:v0 = 0 m/s              v  = 12 m/s                  a  = 2 m/s2
·         Ditanya: t ( waktu) dan s (jarak)
·         Jawab:
·         Kita harus pilih salah satu rumus yaitu: v = v0 + a.t      
·         Sehingga t = ( v – v0)/a = (12 – 0)/2 = 6 detik.
·         Jaraknya:  dari persamaan v2 = v02 + 2.a.s                 
    • S = (v2 – v02)/2a                 
    • S = ( 122 – 0)/(2.2)                 
    • S = 144/4 = 36 meter.
Metode Fisika Gasing:
·         a  = 2 m/s2 artinya 1 detik kecepatan bertambah 2 m/s
·         maka agar kecepatan bertambah 12 m/s, waktunya t = 12/2 = 6 detik.
·         Untuk menghitung jarak tempuh:
S = (0 x 6 + 12 x 6 )/2
S = ( 0 + 72 )/2 = 72/2 = 36 meter.

4.      Perhatikan gambar!

 Perhatikan gambar di atas. Jika massa benda A 4 Kg dan massa benda B 6 Kg, tentukan percepatan (a) sistem (gesekan dan massa tali diabaikan)!

Penyelesaian:
Jika benda B tidak ada maka benda A tidak bergerak. Sistem (kedua benda) bergerak karena benda B  dihubungkan dengan benda A (lihat gambar). Berat benda B yang menyebabkan sistem bergerak. Berat benda B tersebut = 6 Kgx 10 m/s2 = 60 N. Percepatan dapat kita hitung melalui persamaan Hukum II Newton (a= F / m). Maka percepatan sistem a = 60 / 10 = 6 m/s2..

Dari contoh-contoh soal diatas dapat kita bandingkan bahwa untuk cara yang penggunaan rumus, siswa sebelum mengerjakan soal harus tahu terlebih dahulu mana rumus yang digunakan, dan siswa juga harus mahir memindah variable, sesuai apa yang ditanyakan. Disinilah siswa akan merasakan kesulitan dan kebingungan untuk menentukan rumus yang digunakan, sesuai dengan apa yang diketahui didalam soal.
Pada metode Fisika Gasing, siswa tidak perlu sama sekali menghafalkan rumus yang digunakan. Siswa hanya diajarkan perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Dengan cara seperti itu, maka pemahaman siswa akan lebih mudah, dan siswa tidak terbebani dengan rumus-rumus fisika yang menakutkan. Dengan metode ini siswa akan merasa enak, dan senang belajar fisika, karena tidak perlu lagi menghafalkan rumus yang banyak.

Hasil Penelitian Prof. Yohanes Surya
Selama 13 tahun sambil membina Tim Olimpiade Fisika Indonesia, Prof. Yohanes Surya melakukan penelitian  dalam menemukan  suatu pembelajaran fisika yang mudah diterima oleh siswa, mudah diajarkan oleh guru serta  membuat  peserta ajar merasa asyik dan menyenangkan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, untuk membuat fisika itu gampang, asyik dan menyenangkan (Gasing)  beberapa hal perlu diperhatikan (sebenarnya ini tidak semuanya baru) :

1.  Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana
Contoh:  Sebuah benda diletakan pada jarak 30 dari sebuah lensa positif dengan fokus 10 cm. Jika tinggi benda 2 cm, hitung tinggi bayangan.
Jawab: Konsep fisika dalam penyelesaian soal ini adalah pembiasan cahaya. Gambar diatas diperoleh dengan menggunakan konsep pembiasan cahaya.
Untuk mendapatkan tinggi bayangan kita tidak perlu menggunakan rumus baku 1/f = 1/s + 1/s’ tetapi cukup menggunakan geometri (karena ini adalah optika geometri ) yaitu melihat dua segitiga yang diarsir di atas. Dari gambar terlihat bahwa a:2 =10:20 atau a = 1 cm.

2.  Manfaatkan pengertian konsep fisika  yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
Contoh: Dua sepeda bergerak saling berhadapan masing-masing dengan laju  5 m/detik. Jarak kedua sepeda mula-mula 50 meter. Setelah berapa detik kedua sepeda akan saling berpapasan?
3.      Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1 ,  2  , atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal.  Hindari angka-angka koma atau pecahan agar  konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi fisika ke solusi matematika.
Contoh:  dalam mempelajari konsep gravitasi, gunakan percepatan gravitasi 10 m/det2 bukan 9,8 m/det2. Setelah mereka faham konsepnya dan tahu cara menyelesaikan soal, baru kita gunakan angka yang sebenarnya.

4.   Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsep-konsep fisika yang baru diajarkan. Minta mereka mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang diberikan.

5.      Perbanyak eksperimen dan demonstrasi fisika sehingga tiap murid menikmati asyiknya fisika dan mereka bisa merasakan bahwa fisika itu sungguh menyenangkan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya kini sedang disebarluaskan melalui gerakan cinta Fisika. Melalui gerakan sosial ini diharapkan bukan hanya para guru tetapi masyarakat luas akan senang belajar fisika.  Di beberapa daerah sudah berlangsung dan hasilnya sangat menggembirakan. Hampir semua yang pernah dilatih melihat betapa asyiknya dan mudahnya belajar fisika itu.

[berbagai sumber]

Friday, 11 January 2013

Selembar Kertas Putih Catatan SMA


gambar sengaja diburamkan

Diwaktu itu
Ku terima selembar kertas putih
Yang kau sobek dari buku catatanmu
Di kertas itu 
Begitu banyak kata berserakan
Penuh makna juga tanda rasa

Aku hanya sekedar membaca
Tak lebih dalam memahami isinya
Ku anggap sekedar goresan tinta biasa
Sebab dikeadaan itu
Aku tak mau bermain-main dengan rasa
Ku tak suka mengetahui banyak tentang rasa

Diwaktu ini
Untuk yang telah terlewati
Ku tak sengaja menemukannya lagi
Selembar kertas putih catatan SMA
Ku baca
Ku telan benar kata-katanya
Sampai ku benar-benar menyelami maknanya
Ku dapati disitu ada cinta
Sebuah rasa yang wajar dimasa remaja

Ku disini, dengan selembar kertas ini
Kini kubertanya-tanya tentangmu dikepalaku
Apa kabarmu?
Apa kabar hatimu?
Semoga semua baik-baik saja
Semoga senyum manis itu 
Masih tetap seperti yang dulu


***Terinspirasi ketika tak sengaja membuka kembali buku2 catatan sewaktu SMA, dan di dalamnya terdapat selembar kertas darinya!
Jumat, 11 Januari 2013
By: M. Al. Furqan


Selembar Kertas Catatan SMA adalah sebuah kertas putih satu lembar yang dia sobek dari buku catatannya dulu (Waktu SMA), kemudian dia memberi selembar kertas sobekannya itu kepadaku, Tentu saja bukan kertas kosong tanpa isi, tetapi kertas dengan banyak titik-titik tinta penuh makna rasa...

 

Sunday, 6 January 2013

Teori Belajar Kognitif menurut Piaget


Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.      Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH