TRANSLATE ARTIKEL INI KE DALAM BAHASA LAIN DENGAN MENGKLIK PILIH BAHASA DIBAWAH

Thursday, 13 December 2012

BERLARILAH SAHABAT



Kaulah manusia yang terbaik
Menjadikanku mengerti berbagi
Tuk saling memberi
Pada hati-hati yang sepi

Sahabat
Ku siap tuk jadi sayapmu
Bahkan ku mau jadi jantungmu
Yang setiap saat berfungsi untukmu
Yang kan selalu ada padamu

Terbanglah tinggi menggapai cita-citamu
Setinggi bintang di langit
Raihlah segala kasih sayangmu
Yang dulu kau pancarkan
Untukku... untuknya dan untuk mereka...
Yang kini semua telah berpijar semua
Karena senyummu yang bersinar

Berlarilah... Sahabat !!!

...................................................................................................................
Sabtu, 21-02-2009
Writer: Imam S Arifin (Imam Wera)... 
Note: bukan yg penyanyi dangdut itu yaaa, tetapi imam sahabat SMA saya.
*** Di salin kembali dari buku catatan SMAku...


Fisikawan Islam


Kaum muslim meyakini bahwa semua pengetahuan berasal dari Allah, dan Al Quran adalah kalamullah. Maka sebagai sumber pengetahuan, Al Quran pastilah benar. Apakah juga termasuk pengetahuan tentang zat, energi, ruang-waktu dan interaksi benda-benda di alam ini, yang sering disebut dengan fisika ?
Sebagian muslim dengan mantap mengatakan ya. Maka muncullah istilah fisika Islam. Ini adalah sejumlah teori atau lebih tepatnya hipotesa dari suatu hukum fisika yang diklaim mereka temukan di dalam Al Quran. Sekedar untuk ilustrasi, ada tiga contoh di sini: 
1.      Teori bahwa bumilah yang pusat tata surya (geosentris), bahkan alam semesta, karena di dalam Al Quran tidak pernah ada ayat yang menyatakan bumi beredar, tetapi matahari, bulan dan bintanglah yang beredar (QS 13:2, 14:33). Teori ini bahkan didukung seorang Syeikh terkemuka dari Saudi Arabia, yang memfatwakan bahwa percaya kepada teori heliosentris bisa menjerumuskan pada kemusyrikan.
2.      Teori bahwa besi magnet dapat digunakan sebagai pembangkit energi yang tak ada habisnya, dengan dalil QS 57:25 yang menyatakan bahwa Allah menciptakan besi yang di dalamnya terdapat kekuatan yang hebat, yang ia tafsirkan sebagai energi.
3.      Teori tujuh lapis atmosfir, karena dikatakan hujan turun dari langit (35:27) sedang Allah menciptakan tujuh langit (41:12), sehingga hujan itu terjadi pada lapis langit pertama.
Melihat teori dan klaim tersebut, sepertinya mereka mengulang apa yang pernah dilakukan kaum mutakalimin (pecinta filsafat) di masa lalu, yang mencari-cari suatu kesimpulan hanya berdasarkan asumsi, sekalipun asumsi itu berasal dari suatu ayat Al Quran yang ditafsirkan secara subjektif. Tentu saja, cara berpikir mutakalimin seperti ini tidak pernah menghasilkan terobosan ilmiah yang hakiki, apalagi dapat dipakai untuk keperluan praktis.
Para fisikawan muslim di masa keemasan Islam adalah orang-orang yang dididik dari awal dengan aqidah Islam. Rata-rata mereka hafal Al Quran sebelum berusia baligh. Dan mereka sangat memahami bahwa alam memiliki hukum-hukumnya yang objektif, yang dapat terungkap sendiri pada mereka yang sabar melakukan pengamatan dan penelitian dengan cermat.
Ibn al Haytsam (al-Hazen) adalah pioner optika modern ketika menerbitkan bukunya pada tahun 1021. Dia menemukan bahwa proses melihat adalah jatuhnya cahaya ke mata, bukan karena sorot mata sebagaimana diyakini orang sejak zaman Aristoteles. Dalam kitabnya al-Haytsam menunjukkan berbagai cara untuk membuat teropong dan juga kamera sederhana (camera obscura).
Menarik untuk mengetahui bahwa al-Haytsam melakukan eksperimen optiknya ini pada saat ia mengalami tahanan rumah, setelah ia gagal memenuhi tugas Amir Mesir untuk mewujudkan proyek bendungan sungai Nil. Dia baru dilepas setelah penemuan-penemuan optiknya dinilai impas untuk investasi yang telah dikeluarkan sang Amir.
Ibn al-Haytsam juga memulai suatu tradisi metode ilmiah untuk menguji sebuah hipotesis, 600 tahun mendahului Rene Descartes yang dianggap Bapak Metode Ilmiah Eropa di zaman Rennaisance. Metode ilmiah ibn al-Haytsam dimulai dari pengamatan empiris, perumusan masalah, formulasi hipotesis, uji hipotesis dengan eksperimen, analisis hasil eksperimen, interpretasi data dan formulasi kesimpulan, dan diakhiri dengan publikasi. Publikasi ini kemudian dinilai oleh peer-review yang memungkinkan setiap orang melacak dan bila perlu mengulangi apa yang dikerjakan seorang peneliti. Proses peer review telah menjadi tradisi dalam dunia medis sejak Ishaq bin Ali al Rahwi (854-931).
Ibnu Sina alias Avicenna (980-1037) setuju bahwa kecepatan cahaya pasti terbatas. Abu Rayhan al-Biruni (973-1048) juga menemukan bahwa cahaya jauh lebih cepat dari suara. Qutubuddin al-Syirazi (1236-1311) dan Kamaluddin Al Faris (1260-1320) memberi penjelasan pertama yang benar pada fenomena pelangi.
Di dunia mekanika, Ja’far Muhammad ibn Masa ibn Syakir (800-873) dari berhipotesis bahwa benda-benda langit dan lapisan langit adalah subjek yang mengalami hukum-hukum fisika yang sama dengan bumi.
Al-Biruni dan belakangan al-Khazini mengembangkan metode eksperimental dalam statika dan dinamika, kemudian juga hidrostatika dan hidrodinamika, yang sangat penting dalam pembuatan jembatan, bendungan ataupun kapal.
Pada tahun 1121, al-Khazini dalam Kitab tentang Keseimbangan Kebijaksanaan mengusulkan bahwa gravitasi dan energi potensialnya berubah tergantung jaraknya dari pusat bumi. Dia juga secara tegas membedakan antara gaya, massa dan berat. Penemuan ini berguna untuk membuat kincir bertenaga air.
Ibnu Bajah (Avempace) yang wafat 1138 berargumentasi bahwa selalu ada reaksi pada setiap aksi. Teorinya ini sangat berpengaruh pada fisikawan setelahnya, termasuk Galileo dan Newton, dan sangat berguna untuk menghitung kekuatan manjaniq, yakni ketapel raksasa yang berfungsi seperti meriam.
Hibatullah Abu Al-BArakat Al Baghdadi (1080-1165) membantah Aristoteles yang mengatakan bahwa gaya yang konstan akan menghasilkan gerak yang seragam, ketika dalam kitabnya al-Mutabar dia menulis bahwa gaya konstan akan menghasilkan percepatan (akselerasi). Menurutnya akselerasi adalah rerata dari perubahan kecepatan.
Ibnu Rusyd alias Averroes (1126-1198) adalah mujtahid dalam fiqih yang juga fisikawan, terbukti dalam salah satu kitabnya dia mendefinisikan gaya sebagai tingkat kerja yang harus dilakukan untuk mengubah kondisi kinetik dari sebuah benda yang lembam. Apa yang ditulis Ibnu Rusyd ini 500 tahun lebih awal dari mekanika klasik Newton.
Semua ilustrasi ini menunjukkan bahwa Fisika Islam - kalaupun ada - adalah fisika yang telah melalui rangkaian metode ilmiah, yang kemudian terbukti dapat digunakan untuk keperluan praktis. Fisika sebagai ilmu pengetahuan empiris dapat diraih oleh peneliti manapun yang sabar, tanpa memandang apa keyakinan aqidahnya. Kebenaran fakta fisika tidak perlu didukung dan tidak akan mengusik ayat Al Quran manapun, karena keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda. Memaksa-maksa agar suatu fakta fisika cocok dengan sebuah ayat atau sebaliknya, justru menunjukkan kelemahan pemahaman kita sendiri, baik terhadap si fakta fisika itu, maupun terhadap isi Al Quran sendiri. Dan ini semua tidak pernah dialami oleh para fisikawan di masa keemasan Islam.

http://famhar.multiply.com/

Identifikasi Fenomena Wormhole Menurut Al Qur’an


Di dalam Physics Science, dikenal istilah Wormhole (Lubang Cacing). Wormhole sendiri, menurut batasan Fisika Modern, adalah bagian dari Alam Semesta yang bisa digunakan sebagai jalan pintas perjalanan yang amat jauh.
 
Fenomena alam ini secara teoritis, merupakan lorong magnetikyang didalamnya memiliki gravitasikuat, yang mampu menarik apapun yang masuk ke dalamnya. Dan untuk kemudian mendorongnya ke ujung lorong yang lain hanya dalam beberapa saat. Yang dimaksud dengan ‘ujung lorong lain’ ini, adalah pintu dari alam semesta yang paralel dengan kita, atau bisa juga alam semesta dari galaksi lain.
Sejumlah ahli fisika terkemuka pernah berasumsi, kuatnya gravitasi wormhole sudah cukup membuat moda transportasiyang tak terlalu canggih mampu melaju dengan kecepatan di atas kecepatan cahaya. Oleh karena itu, secara teoretis, perjalanan antar galaksiyang letaknya amat berjauhan bukan tak mungkin bisa diselesaikan hanya dalam waktu 200 hari atau kurang.
Hanya kini masalahnya, bagaimana mencari sang Wormhole tersebut? Sayang sekali, justru masalah inilah yang tak pernah terpecahkan hingga kini. Para ahli astro-fisika hingga saat ini baru sebatas mengetahui konstruksi teoretisnya, sementara selebihnya masih sangat gelap (sumber : Menjelajah Alam Semesta).



Wormhole-Ma’aarij
Menurut Einstein dan I. Rosen, keberadaan wormhole amat erat kaitannya dengan black-hole, obyek alam semesta yang dikenal memiliki gravitasi amat kuat. Sementara menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) dengan melalui “wormhole”, kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan (sumber : Teori Fisika Hawking, mengungkap Perjalanan Isra Rasulullah?).
Berdasarkan teori, waktu akan berjalan lebih lamban, jika berada di dekat medan gravitasi, oleh karenanya gravitasi memiliki cangkang-cangkang waktu. Begitupun ketika kita melaju dengan roket pada beberapa kecepatan yang berbeda, maka akan memiliki beberapa dilatasi waktu yang berbeda. Kesimpulannya, ketika kita melaju lurus pada satu kecepatan, sebenarnya kita berada pada satu cangkang dari medan gravitasi.
Misal kembar A, B dan C berumur 20 tahun. Kembar A melaju lurus ke sebuah bintang dan balik lagi ke bumi. Kembar B melaju melengkung konstan mengitari bumi dengan kelajuan yang sama dengan kembar A. Kembar C berada di bumi. Kembar A dan B akan berumur 50 tahun, sedangkan kembar C akan berumur 70 tahun.
Wormhole yang berkaitan dengan hubungan dalam ruang-waktu, dikenal sebagai Laurentzian wormhole. Lorentzian wormholes terbagi dalam dua jenis:
1.      Inter-universe wormholes, wormholes yang menghubungkan semesta kita dengan ‘semesta’ yang lain. Ini adalah dugaan tentang adanya semesta paralel.
2.      Intra-universe wormholes, wormhole yang menghubungkan dua daerah dalam semesta yang sama.
Ada juga wormhole lain yang dikenal sebagai Euclidean wormholes, yang mana, wormhole ini ada dalam proses yang sangat mikro, karena menjadi perhatian utama para ahli teori medan quantum (sumber : Wormhole-Langitselatan.com).
Beberapa Cendikiawan Muslim, mengidentifikasikan adanya Wormhole-Ma’aarij, yakni tempat-tempat naik para malaikat (sumber : Ma’aarij (Wormhole)).
Sebagaimana Firman ALLAH :
 Dari Allah yang mempunyai tempat-tempat naik
Naik malaikat dan ruh kepada Nya di dalam satu hari adalah ukurannya lima puluh ribu tahun. (QS. Al Ma’aarij (70) ayat 3-4).
Wormhole-Ma’aarij ini, lebih merupakan jalur khusus yang diciptakan ALLAH bagi hamba-hamba yang dikehendaki-NYA. Ada yang meyakini, kisah-kisah di dalam Al Qur’an, seperti Pemuda Kahfi dan Peristiwa Isra’, ada keterkaitan dengan Fenomena Wormhole-Ma’aarij ini.
Wormhole-Ma’aarij juga diyakini, akan menemui semua insan yang bernyawa, yakni ketika ajal menjelang, terbukalah satu pintu Wormhole-Ma’aarij kepada kita. Hyperspaceini akan terhubung ke Alam Barzakh, dimana Malaikat Maut akan menemani kita dalam meniti “jembatan” ini,  yang satu harinya berbanding secara relative 50 ribu tahun di bumi.

http://kanzunqalam.wordpress.com

ANDA PENGUNJUNG KE :

CARI ARTIKEL LAIN DI BLOG INI DENGAN MEMASUKKAN KATA PADA KOLOM SEARCH DIBAWAH