doro cumpu ituuuuu menunjukkan suatu tempat barangkali
doro cumpu ituuuuu lebih tepatnya sih sebuah nama
doro cumpu ituuuuu ......................
jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia sih
begini jadinya;
doro = gunung
cumpu = habis
jadi, "gunung habis" ???
...$^*%@^@*$^!$^*!!%(P%P*^@!Y*R!$%
#:"!, $*;?!?-,!,:,-@&*:?-,:*#
ok,
sederhananya sih gini barangkali: doro cumpu itu bisa
dibilang nama gunung dalam bahasa bima, gunung tersebut secara geografis adanya di kabupaten BIMA - provinsi NTB, lebih tepatnya di kecamatan WERA, dan
lebih tepatnya lagi terletak di dusun tongga desa bala
tetanggannya desa nunggi 😁😁
Doro cumpu, adalah
sebuah pegunungan yang masih sangat di jaga kelestariannya oleh masyarakat
setempat (wera) disaat gunung-gunung lain di wera telah gundul akibat penebangan liar
dan sebagainya...
Doro cumpu, memiliki
ketinggian kira-kira 1000 meter dari permukaan tanah.
Doro Cumpu, terdapat
berbagai macam pohon besar nan rindang yang menghiasinya.
Doro Cumpu, berbagai
macam pohon yang tidak familiar dapat kita temukan di sana.
Doro Cumpu, oleh
beberapa orang menyebutnya sebagai gunung yang suasanya angker.
Doro Cumpu, terdapat mata air yang tak pernah mengering.
Doro cumpu, sebagian
besar dikelilingi oleh sawah-sawah penduduk,
masyarakat Wera memang mayoritas
bekerja dibidang pertanian, yang paling dominan adalah petani padi, kacang,
bawang merah, jagung dll.
kesegaran air pegunungan doro cumpu; sangat nikmat diteguk pas lagi panas2nya terik matahari ketika rombe fare (sabit padi)
Di kaki gunung Doro
Cumpu terdapat mata air yang tetap aktif mengeluarkan air jenih nan sejuk
walaupun disaat musim kemarau, dan air tersebut menjadi sumber utama untuk
dikonsumsi para petani baik itu untuk di minum, memasak, buat mandi, menyuci,
sebagai air wudhu, dll ketika mereka bercocok tanam maupun ketika saat memanen.
Doro Cumpu, erat
kaitannya dengan sejarah Kerajaan Bima.
Doro Cumpu, bagian dari
Rato Waro Bewi.
doro cumpu; view dari tolo/sawah ndoa
kok dinamain doro cumpu yah?
menurut hemat saya
seingat saya pada saat saya masih duduk di bangku
SD dulu (SDN Inpres Nunggi 4 tepatnya) sedikit mempelajari tentang sejarah
daerah Bima yang pada saat itu terdapat di mata pelajaran MULOK,
Seingat saya singkat ceritanya begini:
"Pada masa kerajaan Bima saat itu (sekitar
tahun 1618-1619 M)
Kerajaan Bima dipimpin oleh RAJA RUMATA
MANURU SALISI, dan di masa Kerajaan SALISI ini Agama Islam mulai masuk ke Bima
dengan perkembangan sangat cepat,
yaitu dengan di tandainya masuk Islamnya
masyarakat Bima secara besar-besaran..
Salah satu tokoh yang berpengaruh atas berkembangnya agama
Islam di Bima pada saat itu ialah berkat Jena Teke ABDUL KAHIR..
Jena Teke ABDUL KAHIR sebelumnya memeluk agama Islam
di Sulawesi Selatan, setelah beberapa bulan memeluk dan belajar agama Islam di
Sulawesi Selatan lalu ia kemudian kembali ke Bima bersama pengikutnya dan
beberapa muballigh dari Sulawesi Selatan untuk mensyiarkan ajaran Islam di
tanah Bima.
Sehingga membuat Agama Islam begitu berkembang pesat
di Bima
Banyak masyarakat Bima berbondong-bondong masuk dan
memeluk Agama Islam pada masa itu.
Hal tersebut tentunya membuat Raja SALISIpada saat itu begitu geram (emosi) dan tidak
suka dengan kembalinya Jena Teke ABDUL KAHIR,
karena banyak rakyatnya yang terpengaruh untuk masuk dan
memeluk agama Islam.
Pada masa itu Islam semakin berkembang
di tengah-tengah masyarakat Bima, masyarakat menyambut gembira ajakan Jena Teke
ABDUL KAHIR dan para muballig untuk memeluk Islam.
Sehingga membuat Raja SALISI semakin
berang,
oleh karena itu maka Raja SALISI bersama
dengan prajuritnyamengejar dan
ingin membunuh Jena Teke
ABDUL KAHIR yang pada saat itu sedangberada di dusun Kalodu mensyiarkan agama Islam.
Namun kabar pengejaran ini diketahui
oleh seorang pengikutnya sehingga Jena Teke ABDUL KAHIRdan beberapa orang pengikutnya lebih dulu
pergi meninggalkan dusun kalodu sebelum Raja SALISI dan prajuritnya samapai di
dusun itu.
Proses pengejaran itu mulai dari Kalodu,
Sape hingga ke Wera.
Untungnya kabar pengejaran ini
sebelumnya diketahui juga oleh orang dalam kerajaan yaitu RATO WARO BEWI,
Yang kemudian ingin menyelamatkan Jena Teke
ABDUL KAHIR
maka RATO WARO BEWI dan beberapa
orang/prajurit kerajaan yang pro dengan Jena Teke Abdul Kahir karena ajaran islam yg dibawanya
mempunyai siasat utk menghadang Raja SALISI dan
prajuritnya di Dana Wera (tepatnya disebuah gunung).
Hingga mencapai puncaknya yaitu
pertempuran di sebuah gunung yang ada di Wera bagian selatan.
Di gunung itulah pertempuran sengit terjadi antara
RATO WARO BEWI beserta pengikutnya yg sedikit jumlahnya berhadapan dengan Raja SALISI dan para prajuritnya.
Berkat pertempuran ini sehingga Raja SALISI tidak
mendapatkan target utamanya Jena Teke ABDUL KAHIR.
sehingga Jena Teke ABDUL KAHIR dan beberapa orang pengikutnya
berhasil meloloskan diri dari pengejaran Raja SALISI..
Kemudian dengan dibantu oleh orang-orang Wera di bawah
kepemimpinan La Buri (La Mburi)
melakukan penyelamatan/perjalanan dengan membawa Jena
Teke ABDUL KAHIR ke Wera bagian utara/ujung utaranya Wera (sangiang). Hingga menyebrangi
laut menggunakan perahu menuju pulau sangiang demi keamanan sang Jena Teke
ABDUL KAHIR.
Sementara itu di Wera bagian selatan (disebuah gunung),
pertempuran antara prajurit yang dipimpin oleh RATO WARO BEWI berhadapan dengan
Raja SALISI dan prajuritnya tetap berlangsung.
karena jumlah prajurit yang tidak sebanding dengan
yang dimiliki Raja SALISI, hingga akhirnya RATO WARO BEWI beserta prajurit yang
di pimpinnya pun gugur di medan tempur (gunung) tersebut.
Dari pertempuran ini, akhirnya Raja SALISI dengan
beberapa prajuritnya yang masih tersisa, kehilangan jejak Jena Teke ABDUL KAHIR
yang mereka kejar.
Kemudian di hari berikutnya, dari pulau sangiang Jena
Teke ABDUL KAHIR akhirnya menuju Gowa (Sul-Sel) dijemput perahu-perahu dari Sulawesi
Selatan.
Sekian
cerita singkat seIngat Saya yang saya dapatkan dari pelajaran MULOK waktu SD
dulu.
*nama buku tsb udh lupa!
Jadi,
Kenapa
dinamakan gunung tersebut dengan doro cumpu???
Begini barangkali
analisa sederhananya:
Rato Waro Bewi dengan beberapa prajurit yang ia pimpin
berjuang hingga titik darah penghabisan melawan Raja Salisi dan prajuritnya di
gunung itu untuk menyelamatkan Jena Teke Abdul Kahir.
Hingga akhirnya Rato Waro Bewi dan beberapa pengikutnya gugur dan menghembuskan nafas terakhirnya di gunung itu.
__Untuk mendapatkan jawaban yang tepat maka perlu
translate mentranslate kata nih,
DORO CUMPU (bahasa bima), jika di artikan ke Bahasa
Indonesia maka:
Doro =
Gunung
Cumpu =
Habis
^^^Doro
artinya Gunung:
Merupakan tempat dimana terjadinya pertempuran antara
Rato Waro Bewi dengan Raja Salisi beserta pemgikut dan prajurit mereka masing-masing.
Menunjukkan tempat
Menunjukkan gunung itu sendiri
^^^Cumpu
artinya Habis:
Secara luas mengartikan selesai, berakhir, terakhir, tak
ada lagi, tamat, meninggal, dll
Menunjukkan akhir dari perjuangan Rato Waro Bewi dan pengikutnya.
Menunjukkan gugurnya Rato Waro Bewi dan pengikut yang ia pimpin
Cumpu = Habis, secara bahasa kasarnya uraiannya
seperti ini:
1.yaitu habisnya
atau selesainya/berakhirnya perjuangan Rato Waro Bewi, dkk
2.yaitu
habisnya nyawa (meninggalnya) Rato Waro Bewi dan para pengikutnya.
Sehingga dari uraian
mengenai Doro dan Cumpu di atas maka kesimpulannya
seperti ini barangkali:
Kenapa
dinamakan GUNUNG itu dengan DORO CUMPU?
Karena di gunung itu habisnya
atau selesainya/berakhirnya perjuangan Rato Waro Bewi dan para pengikutnya
Karena di gunung itu habisnya nyawa (meninggalnya) Rato Waro Bewi dan para pengikutnya.
Sehingga
“DORO
= GUNUNG
dan
CUMPU = HABIS”
menunjukkan tempat dimana disitu/ digunung itu/ ditempat itu Rato Waro Bewi dan para pengikutnya menghembuskan nafas terakhirnya (meninggal), yang dalam Bahasa Bima meninggal/habisnya
nyawa disebut dengan CUMPU NAWA NA..
(Cumpu = habis, Nawa = Nyawa, Na = kata ganti orang)
Jadi,
Doro Cumpu adalah sebuah gunung
Yang dari namanya
maka
Menunjukkkan atau memberikan gambaran sejarah
Bahwa:
Di gunung itu
Berakhirnya perjuangan Rato Waro Bewi dan para pengikutnya melawan Raja
Salisi beserta prajuritnya.
Di gunung itu
Tempat Rato Waro Bewi dan para pengikutnya menghembuskan nafas
terakhirnya (cumpu kai nawa na)
Demi menyelamatkan Jena Teke Abdul Kahir.
Doro cumpu adalah sebuah gunung
Yang dari namanya
maka
Menunjukkkan atau memberikan salah satu gambaran sejarah Kerajaan Bima
Indonesia adalah Negaraku
Merah Putih adalah warna kebanggaan Negaraku
Garuda adalah Lambang Negaraku
Bhineka Tunggal Ika adalah Semboyan Negaraku
17 Agustus 1945 adalah Hari Kemerdekaan Negaraku
Pancasila adalah Dasar Negaraku
Aku diLahirkan di NKRI
Negara yang katanya Kaya Raya
Ramah Orangnya
Kaya Budayanya
Banyak Sejarahnya
Subur Alamnya
Indonesia Raya
yang Kaya Raya
katanya!!!
Indonesia adalah Negara di kawasan Asia Tenggara, yang terbentang dalam tiga zona waktu,
banyak pulaunya
banyak pula penduduknya :).
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia
Indonesia kaya akan alamnya.
Gunung-gunung, sungai-sungai, sawah-sawah, hutan-hutan tersebar luas hampir di seluruh nusantara.
Melihat Indonesia tak akan ada habisnya. Indah, ramah, dan penuh pesona.
Darat, laut, udara Indonesia sudah tersohor ke berbagai penjuru dunia...
Indonesia hijau hijau hijau sangat hijau alamnya.....
Ya Indonesia terkenal dgn lebat hutannya...... tapi itu berpuluh-puluh tahun yg lalu..
Namun Sekarang, hijaunya entah ke mana!
Indonesiaku dulu
tak lagi sama
dengan Indonesiaku sekarang
Dulu, Indonesiaku sangat sehat dgn hijau hutannya dijuluki paru-paru dunia
Sekarang, tubuhnya mulai sakit-sakitan, paru-parunya sudah terluka amat dalam
Hutan Indonesiaku telah mengalami kerusakan yang parah
Ibarat penyakit, kerusakan alam Indonesiaku berada pada tingkat kronis
Kemana semua larinya pemandangan hijau disekitarku?
Berubah menjadi hutan gundul yang gersang kekeringan
Kemana semua larinya pemandangan hijau di Indonesiaku?
Berubah menjadi tempat tempat perusahaan, pusat perbelanjaan, dan bangunan-bangunan proyek kepentingan lainnya yg mengatasnamakan kepentingan umum.
Banjir
Longsor
Kekeringan
Kepunahan flora dan fauna
adalah sebagian kecil akibat dari hijaunya alam Indonesiaku yang telah hilang
Yang ada sekarang
seperti katanya Slank dlm "krisis air" :
air air air...
ember kosong mencuri tenang dari tidurku
lagi-lagi, bingkai mimpi kehilangan satu sudut
percuma aku bangun,
yang kulihat hanya bumi menangis sendu
air berteriak sampai kering
detak jantung hutan berhenti ditusuki ranting kering
penyakit datang, berakhir kematian
bukan karena perang, tapi langkanya air bersih
kotori saja bumi kita
biar senang puaskan diri sendiri
habiskan sumber mata air kita
biar cepat dunia binasa
apakah itu keinginan kita?
apa yang telah kita lakukan pada bumi kita?
sampai kapan?
aku butuh nafas untuk berhati bersih
bumi rindu penyelamat air kehidupan
apakah anda penyelamat itu?
ayo beri air pada anak cucu
tapi bukan...
air mata...
Suatu kenyataan pahit,
yang bisa di lihat dari keadaan hutan saat ini adalah: "kerusakan parah"
Pembalakan hutan secara liar (illegal logging) yg terus terjadi
dan Kebakaran hutan yang meraja lela baik disengaja atau pun tidak
Telah membuat hutan di Negeriku ini menjadi sepi
sepi:
manfaatnya
penghuninya
keadaanya
sepi
Tembe Nggoli adalah sarung tenun
tangan khas Bima-NTB, dibuat dari benang kapas (katun), dengan warna-warni yang
cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. pembuatannya sangat-sangat tradisional. ..
Keistimewaanya Tembe Nggoli antara
lain
hangat,
halus dan lembut,
tidak mudah kusut,
warna cemerlang lebih lama.
Saat ini, Tembe Nggoli sudah diproduksi dalam berbagai macam corak dan
motif. Ada yang ‘biasa’ (untuk dipakai sehari-hari), dan ada pula yang istimewa
yang hanya dipakai pada acara-acara resmi.
memakai tembe nggoli pada saat kkn di balang beru, jeneponto
Bagi orang Bima, memakai sarung
lazim dilakukan baik oleh kaum pria maupun wanita.
Wanita Bima memakai sarung
sebagai ‘bawahan’, bahkan masih ada yang menggunakan dua buah sarung, yang
disebut “rimpu”.
Rimpu adalah cara wanita Bima menutup aurat dengan dua buah sarung/tembe nggoli, 1 sarung utk menutup aurat bagian atas (kepala hingga pinggang) dan 1 sarung lainnya lagi buat menutup aurat bagian bawah (pinggang hingga kali). sehingga yang kelihatan hanya mata atau wajahnya saja.
Rimpu yg hanya kelihatan muka disenut "rimpu colu".
Rimpu yang hanya
kelihatan mata disebut “rimpu mpida”.
Cara memakai sarung antara pria
dan wanita berbeda.
Bagi kaum pria, sarung dipakai seperti layaknya kaum pria
di Indonesia lainnya, yaitu digulung ketat pada perut/pinggang, yang disebut
“katente”.
Bagi kaum wanita, sarung tidak digulung melainkan dilipat dan
diselipkan (dijepit agar tidak terlepas), yang disebut “sanggentu”. Selain itu
perbedaan juga terletak pada posisi “bali” (yaitu bagian sarung yang diberi
warna/motif berbeda, biasanya ditaruh pada bagian belakang ketika dipakai).
Bagi
kaum pria, ‘bali’ diletakkan agak ke kanan, sedangkan bagi kaum wanita ‘bali’
diletakkan agak ke kiri. Pemahaman tentang letak ‘bali’ ini menunjukkan tingkat
pengetahuan pemakai sarung, atau menunjukkan ketelitiannya dalam berpakaian.
Masyarakat Bima juga menggunakan
sarung sebagai selimut ketika tidur. Masyarakat bima yg diperkampungan bahkan tidak
pernah atau tidak suka menggunakan selimut yang biasa ada di toko2, tetapi lebih nyaman menggunakan tembe nggolinya. karena terasa lembut dan hangattt...