Melamun di sela-sela rutinitas memang melenakan. Mulai
dari membayangkan kisah masa lalu yang suram hingga mimpi indah tentang masa
depan. Tapi tahukah Anda bahwa kebiasaan ini tak hanya bisa mengganggu
pekerjaan, tapi juga membuat seseorang merasa tidak bahagia.
Seperti dikutip dari Genius Beauty, penelitian tim
psikolog Universitas Harvard menunjukkan bahwa mayoritas orang menghabiskan
46,9 persen waktunya untuk melamun. Inilah yang dikata membuat kebahagiaan
seseorang tereduksi.
Penelitian itu menekankan bahwa kebahagiaan seseorang
yang sebenarnya adalah ketika hidup di alam realita, bukan ketika berkelana
dalam lamunan indah tentang sukses hidupnya.
Puncak tertinggi kebahagiaan datang pada waktu
komunikasi aktif dengan teman-teman. Teori yang sama menjelaskan mengapa begitu
banyak orang lebih suka melakukan olahraga ekstrem, mendaftar di berbagai klub
dan menghabiskan malam di bar, sambil berbicara dengan teman-teman.
Banyak orang seringkali tanpa sadar hanyut dalam
lamunan ketika mendengarkan musik, bermain, istirahat, bekerja, atau duduk di
depan komputer. Lamunan jarang muncul ketika sedang membaca, menonton televisi,
atau melakukan pekerjaan rumah.
Demi kepentingan penelitian, tim mengembangkan
aplikasi khusus untuk iPhone, yang secara acak mengirim tiga pertanyaan
sederhana kepada 2.250 partisipan yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
Pertanyaan tersebut yaitu, "Bagaimana perasaan
Anda hari ini?", "Apa yang kamu lakukan sekarang?" dan
"Apakah Anda saat ini sedang berpikir sesuatu yang lain dari apa yang Anda
lakukan?"
Hasilnya, dalam setiap aktivitasnya, mayoritas
partisipan membiarkan 30 persen pikirannya berkelana ke alam lamunan. Hanya
ketika menjalani aktivitas seksual, mereka cukup fokus.